Liputan6.com, Bangka - Tari serimbang berasal dari Kabupaten Bangka Barat, Kepulauan Bangka Belitung. Tarian ini umumnya digunakan untuk menyambut tamu kehormatan.
Mengutip dari warisanbudaya.kemdikbud.go.id, secara etimologis, kata 'serimbang' berkaitan dengan tarian serimbang yang menggambarkan cebuk. Burung cebuk memiliki daya pikat yang membuat burung-burung hutan lainnya tertarik untuk melihat.
Burung hutan lain juga suka mengelilingi burung cebuk saat burung cebuk tersebut berkicau dan mengepak-ngepakkan sayapnya seperti sedang menari. Burung ini layaknya 'seri' dalam bahasa Tempilang yang berarti permaisuri (ratu) sebagai tokoh utama. Sementara itu, kata 'mbang' diambil dari akhiran kata 'tembang'.
Advertisement
Baca Juga
Mbang merupakan tembang yang dinyanyikan saat tarian ini dipertunjukkan. Adapun tembang yang dinyanyikan biasanya berupa pantun yang disesuaikan dengan tema acara.
Tari serimbang diciptakan pada abad ke-17 atau sekitar 1670-1680 oleh masyarakat Tempilang. Tarian ini digunakan sebagai tari penyambutan para Pahlawan Kota Tempilang yang pulang dari peperangan melawan Lanun.
Terkait perlawanan para Lanun, kekayaan sumber daya alam di Kota Tempilang menjadi salah ketertarikan para Lanun untuk mendatangi dan menjarah Kota Tempilang. Ketika terjadi perlawanan, terdapat sosok-sosok pahlawan yang menjadi kebanggaan warganya.
Sebagai wujud kebanggan tersebut, masyarakat pun mengungkapkannya melalui berbagai ekspresi, salah satunya nyanyian dan tarian. Oleh karena itu, tari serimbang akhirnya lahir sebagai tari penyambutan kepada para pahlawan Kota Tempilang.
Terkait adaptasi burung cebuk, selain daya pikatnya, masyarakat juga menilai kelincahan tingkah laku burung cebuk cocok diadaptasi menjadi sebuah kesenian tari. Kepakan sayap dan kelincahan kaki burung cebuk diadaptasi menjadi gerak-gerak pokok tari serimbang yang disebut 'konjat-kanjit'.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Dikembangkan 1982
Burung cebuk juga merupakan salah satu burung yang berkembang biak di Kota Tempilang. Tari Serimbang kemudian dikembangkan pada 1982 oleh salah satu seniman tari daerah setempat, Abdurani Bin Abdullah.
Tarian ini kemudian dipentaskan di beberapa kota di Bangka Belitung, seperti Tempilang, Kelapa, dan Sungailiat. Tarian ini juga dipentaskan untuk mengisi acara-acara kebudayaan dan penyambutan tamu-tamu agung.
Selain digunakan untuk menyambut pahlawan dan tamu-tamu kehormatan, kedudukan tari serimbang juga berperan dalam Perang Ketupat Oleh. Pasalnya, tari serimbang lahir di tengah-tengah masyarakat pedesaan yang masih kuat menjaga adat dan tradisi.
Tarian ini pun kemudian menjadi bagian dari Upacara Perang Ketupat yang diselenggarakan setahun sekali saat menyambut bulan suci Ramadhan. Bagi masyarakat setempat, kedudukan tari serimbang wajib dihadirkan saat Upacara Perang Ketupat. Selain itu, masyarakat juga percaya tarian ini menjadi salah satu penghubung antara dunia profan dan sakral pada ritual dalam upacara Perang Ketupat.
Tak hanya itu, tarian ini juga menjadi salah satu prasyarat yang dipercayai oleh masyarakat setempat menjadi tari penghantar dalam malam sesajenan pada upacara adat Taber. Taber adalah membuang atau melepaskan perahu kecil ke laut yang di dalamnya berisi sesajen. Tari serimbang dipercaya sebagai salah satu pengundang leluhur untuk ikut serta dalam prosesi rasa syukur atas hasil laut yang diterima.
Sementara itu, Penari pada tari serimbang adalah para gadis yang masih suci. Hal ini menunjukkan bahwa tari ini merupakan tarian yang sakral.
Â
Penulis: Resla Aknaita Chak
Advertisement