Liputan6.com, Yogyakarta - Masih ingat dengan crop circle yang muncul di areal persawahan Berbah Sleman? Ternyata fenomena itu sudah 12 tahun berlalu sejak kemunculannya pada 23 Januari 2011.
Kala itu, warga geger dengan munculnya pola aneh di persawahan Dusun Kracakan, Desa Jogotirto, Berbah Sleman. Batang padi roboh dan membentuk pola lingkaran besar dan kecil. Diamter lingkaran diperkirakan berkisar 15 sampai 20 meter.
Warga setempat mempercayai jejak asing ini bukan buatan manusia. Tidak sedikit juga orang yang memprediksi ini berkaitan dengan benda asing dari luar angkasa atau UFO.
Advertisement
Lantas bagaimana kondisi areal persawahan yang pernah menjadi lokasi kemunculan crop circle Berbah? Ternyata, areal itu tetap menjadi persawahan. Pemiliknya mempertahankan keutuhan sawah dan belum berniat menjual atau mendirikan bangunan di tempat itu.
Baca Juga
Bahkan, komunitas pemburu UFO yang tergabung dalam Indonesia UFO Network (IUN) berkolaborasi dengan warga mendirikan monumen peringatan di lokasi munculnya crop circle.
Monumen Crop Circle (Monumen UFO) ini dibangun pada tahun lalu, bertepatan dengan peringatan Indonesia UFO Day (Hari UFO Nasional) yang diperingati setiap 21 Juli di Indonesia. Pada saat itu juga, IUN menggelar Indonesia UFO Festival 2022, sebuah festival UFO yang pertama dan terbesar di Indonesia.
IUN adalah sebuah platform terbuka bagi lintas komunitas dan institusi di Indonesia yang masing-masing aktif melakukan riset serta pusat pembelajaran dan pertukaran informasi dalam bidang Astronomi, ET (Extra-Terrestrial), SETI, UFO/UAP, sejarah peradaban, space art, maupun space science secara umum.
Bertepatan dengan 12 tahun kemunculan crop circle di Berbah, warga bersama dengan perangkat desa dan komunitas menggelar syukuran dan doa bersama di di Kedai Suru Pitoe, lokasi Monumen Crop Circle (Monumen UFO) berdiri.
Menurut salah satu pendiri IUN, Setyawan Haryanto (Ipank), pembangunan Monumen Crop Circle di Berbah ini untuk sarana edukasi bagi masyarakat sekitar serta bisa menjadi destinasi wisata baru di Yogyakarta.
Sementara, Direktur Indonesia Space Science Society (ISSS) Venzha Christ berpendapat peran aktif masyarakat setempat sangat mendukung terciptanya ranah komunikasi sains dan pengembangan pengetahuan, khususnya tentang astronomi dan space science (sains antariksa). Ia berencana melakukan berbagai kegiatan dan lokakarya dengan tema sains antariksa dan eksplorasi ruang angkasa.