Liputan6.com, Jepara - Jepara, Jawa Tengah dikenal sebagai daerah penghasil ukiran kayu dan mebel. Namun tak cuma ukiran kayu dan mebel khas Jepara, daerah ini juga menghasilkan kerajinan tenun troso.
Dikutip dari jurnal berjudul "Industri Tenun Ikat di Desa Troso Kecamatan Pecangaan" (2019) oleh Muhammad Ulil Albab, tenun troso merupakan tenun ikat tradisional khas Jepara. Sesuai dengan namanya, tenun ini berasal dari Desa Troso, Kecamatan Pecangaan.
Desa ini pula yang kini menjadi sentra dari kerajinan tenun ini. Hampir seluruh masyarakat desa berprofesi sebagai pengrajin tenun.
Advertisement
Tenun troso juga menjadi mata pencaharian utama untuk warga Troso. Awal mula kemunculan tenun troso di desa ini berasal dari tokoh yang dihormati di desa ini, yakni Ki Senu dan Nyi Senu.
Baca Juga
Nyi Senu adalah orang pertama yang memiliki keterampilan membuat kain tenun. Mereka pun kerap menggunakan kain buatan mereka pada acara besar. Kain yang dikenakan ini membuat warga Desa Troso tertarik. Akhirnya Nyi Senu mengajari cara pembuatan kain ini kepada warga.
Perlahan, keterampilan ini pun banyak dikuasai oleh warga desa dan diwariskan secara turun temurun. Hingga akhirnya, kerajinan ini seakan menjadi identitas khas warga Troso dan warga menjadikannya sebagai mata pencaharian.
Selain memburu tenun troso sebagai oleh-oleh khas Jepara, Wisatawan juga dapat berkunjung ke Desa Troso. Di wilayah desa, wisatawan dapat melihat proses pembuatan kain tenun troso Jepara.
Bunyi hentakan mesin tenun tradisional pun seakan tidak ada habisnya untuk terus menjalin benang-benang menjadi kain tenun yang cantik. Tak cuma sebagai pengrajin, toko-toko penjual kain tenun juga bisa sangat mudah ditemukan di setiap sisi jalan.
Â
Keunikan Kain Tenun Troso
Keunikan kain tenun troso adalah masih menggunakan cara tradisional. Sebagai kain tenun buatan tangan yang mengedepankan kualitas dan detail estetikanya, pembuatan kain tenun ini bisa memakan waktu berhari-hari, bahkan berminggu-minggu untuk yang kualitas terbaik.
Prosesnya sendiri dimulai dari pengetengan dan pewarnaan benang. Bila sudah, benang tersebut dijemur dan ditata sesuai motif.
Lalu, benang ini ditarik dengan alat bum satu persatu. Kemudian dilanjutkan dengan proses pencucukan.
Setelah proses tersebut selesai, barulah kain ini bisa ditenun. Ada dua motif autentik dari kain khas Troso yang pertama kali dibuat, yaitu motif lompong (talas) dan motif daun cemara.
Perlahan, motif-motif lain pun dikembangkan oleh warga dengan cerita atau filosofi yang berbeda-beda.
Advertisement