Sukses

Nekat Mendaki Gunung Gede Saat Ditutup Usai Gempa, 9 Pendaki Asal Jakarta Kena Blacklist

Sebanyak 9 orang pendaki nekat menarabas jalur pendakian Gunung Gede Pangrango, padahal kawasan itu masih ditutup untuk aktivitas pendakian pasca gempa Cianjur.

 

Liputan6.com, Cianjur - Sebanyak 9 orang pendaki nekat menarabas jalur pendakian Gunung Gede Pangrango, padahal kawasan itu masih ditutup untuk aktivitas pendakian pasca gempa Cianjur Magnitudo 5,6. Imbasnya Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) menjatuhkan sanksi larangan mendaki atau blacklist selama dua tahun kepada para pendaki asal Jakarta tersebut. 

Humas Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) Agus Deni saat dihubungi Kamis (26/1/2023) mengatakan, sampai saat ini setelah bencana gempa melanda Cianjur, pendakian masih ditutup namun sembilan orang pendaki asal Jakarta melakukan pendakian secara ilegal.

"Mereka naik tanpa izin dan melanggar prosedur karena sejak gempa 5,6 magnitudo melanda Cianjur, pendakian ditutup sampai batas waktu yang belum bisa ditentukan," katanya.

Akibat gempa tersebut, di sejumlah jalur pendakian terjadi retakan termasuk di bibir kawan Gunung Gede, sehingga pendakian ditutup untuk menghindari hal yang tidak diinginkan menimpa pendaki.

Sembilan orang pendaki yang melanggar aturan pendakian mendapatkan pembinaan langsung dari Kepala Balai Besar TNGGP Sapto Aji Prabowo dan Kepala Bidang PTN Wilayah Cianjur, Diah Ourani, mereka masuk dalam daftar hitam larangan mendaki selama dua tahun ke Gunung Gede-Pangrango.

 

2 dari 2 halaman

Sempat Hilang Kontak

Seperti diberitakan tim SAR gabungan berhasil mengevakuasi sembilan orang pendaki asal Jakarta yang dilaporkan hilang kontak setelah dua hari melakukan pendakian ke Gunung Gede-Pangrango, melalui jalur Ciputri, Kecamatan Pacet, Cianjur, Jawa Barat.

Kepala Kantor SAR Bandung, Jumaril saat dihubungi, mengatakan pihaknya mendapat laporan ada sembilan pendaki yang terdiri dari 5 perempuan dan 4 pendaki asal Jakarta yang hilang kontak sejak melakukan pendakian pada Senin (23/1/2023) yang seharusnya hanya satu hari.

Hingga akhirnya rombongan pendaki asal Jakarta ditemukan, mereka terlambat turun karena seorang di antaranya mengalami kaki terkilir dan dua orang mengalami kedinginan atau hipotermia, sehingga tidak dapat melanjutkan perjalanan turun.