Sukses

Wabah Demam Keong di Sulteng Melonjak, 245 Kasus di Poso hingga Sediaan Obat yang Habis

Penyakit Demam Keong yang merupakan penyakit endemik Sulawesi Tengah mengalami peningkatan khususnya di Kabupaten Poso.

Liputan6.com, Palu - Kasus penderita demam keong atau Schistosomiasis di Kabupaten Poso melonjak signifikan. Situasi itu diperparah dengan obat untuk penderita yang habis.

Pemerintah Kabupaten Poso melaporkan temuan kasus pada tahun 2021 menjadi 245, naik signifikan dari sebelumnya 45 kasus. Schistosomiasis atau Demam Keong sendiri merupakan penyakit endemik yang hanya ada di Sulawesi Tengah yakni di Kabupaten Poso dan Sigi.

Pemberantasan cacing  Schistosoma Japonicum dan keong  Oncomelania Hupensis Linduensis yang merupakan hospes perantara Cacing Trematoda Schistosoma Japonicum yang menjadi penyebab penyakit itu disebut belum maksimal terutama saat pembatasan aktivitas saat Pandemi Covid-19. Situasi itu diperparah dengan terhentinya pasokan obat untuk penderita dari Kemenkes.

“Obat harus didatangkan dari luar negeri melalui WHO dan Kemenkes. Saat ini stok habis,” Bupati Poso, Verna Inkiriwang mengungkapkan di Kantor Gubernur Sulteng, Selasa (24/1/2023).

Untuk memberantas hewan pembawa penyakir tersebut Verna berharap penguatan koordinasi lintas instansi maupun lembaga. Pemkab Poso kata dia tidak bisa menanganinya sendiri. Selain terbatasnya anggaran, wilayah penanganan penyakit endemik tersebut terbilang luas di Lembah Bada dan Napu meliputi 23 desa yang sebagian masuk kawasan Taman Nasional Lore Lindu.

 

Simak video pilihan berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Prevalensi Kasus 1,5 Persen di Tahun 2022

Dinas Kesehatan Sulawesi Tengah mencatat tahun 2022 prevalensi kasus Schistosomiasis dari 2 kabupaten tersebut; Poso dan Sigi mencapai 1,5 persen dari jumlah penduduk di 28 desa yang menjadi fokus penanganan. Padahal sebelumnya di tahun 2019 bisa ditekan hingga di bawah 1 persen.

Kenaikan kasus penderita itu berdasarkan pemeriksaan feses warga yang bergejala dan memeriksakan diri.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Sulteng, Jumriani Yunus mengaku pihaknya terus berkoordinasi dengan Kemenkes dan WHO agar segera mendapatkan obat untuk penderita.  

“Awal Januari 2023 lalu kami sudah bertemu dengan Kemenkes dan WHO membahas penanganan penyakit endemik ini termasuk penyediaan obat,” Jumriani mengatakan, Kamis (24/1/2023).   

Sejauh ini Dinkes Sulteng  terus mengimbau masyarakat di wilayah berisiko untuk selalu menerapkan pola hidup sehat agar terhindar dari penyakit itu. Seperti selalu menggunakan sepatu dan pelindung diri lainnya jika beraktivitas di daerah lembab dan basah.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.