Liputan6.com, Solo - Baru-baru ini terjadi pelemparan ke bus Arema FC usai melakoni laga tandang menghadapi PSS Sleman dalam laga lanjutan Liga 1 2023. Akibat kejadian tersebut tak hanya kerugian atau kerusakan yang terjadi pada bus, tapi beberapa pemain, official, bahkan suporter menjadi korban dan menjalani perawatan intensif.
Bus yang ditumpangi Pemain, dan official tersebut pecah kaca di beberapa titik. Aksi pelemparan tersebut diduga bentuk kekecewaan suporter atas penanganan kasus Tragedi Stadion Kanjuruhan, Malang awal Oktober 2022 lalu.Â
Pengamat Sepak Bola, Akmal Marhali menyebut kejadian tersebut sangat memprihatinkan, katanya semua pihak introspeksi atas semua yang terjadi dalam sepak bola Indonesia.
Advertisement
Baca Juga
"Jangan sampai sepak bola selalu gaduh karena tidak ada sikap respek. Semua harus berbenah dan dewasa bahwa kompetisi sepak bola tujuan utamanya adalah prestasi. Bukan pelampiasan amarah," kata Akmal kepada Liputan6.com, Minggu (29/1/2023).
Menurutnya, siapapun pelaku perusakan bus tersebut harus diberikan efek jera dengan dijerat undang-undang yang berlaku, agar di kemudian hari tidak terjadi hal-hal serupa dan merugikan semua pihak.
"Pelaku pengrusakan fasilitas umum (kendaraan) harus dikenakan hukum pidana. Melanggar Pasal 406 KUHP ayat 1 dihukum penjara selama 2 tahun 8 bulan atau denda sebanyak Rp4500. Biar ada efek jera," tutur dia.
Â
Saksikan Video Pilihan Ini:
Benahi Semua Akar Masalah Sepak Bola
Menurut dia, pelaku perusakan bus tim tersebut bisa dijerat pasal lainnya, yaitu Pasal 170 Ayat 1 KUHP dengan ancaman pidana penjara paling lama 5 tahun 6 bulan.
"Soal keselamatan terancam bukan cuma Arema, tapi hampir semua klub. Karena itu perlu aturan yang tegas di regulasi soal sanksi bagi yang melakukan kekerasan dan tindakan pengrusakan," ucap Akmal.
Seharusnya Tragedi Stadion Kanjuruan yang menimbulkan korban jiwa sebanyak 135 jiwa dan puluhan lainnya luka itu, menurut Akmal menjadi pelajaran dan momentum perbaikan struktur sepak bola Indonesia. Tak hanya dengan Arema FC, melainkan semua klub di Indonesia harus berkomitmen secara bersama agar sepak bola jangan berjalan sebelum adanya pembenahan.
"Sepakbola Indonesia secara umum. Kebetulan saja kasusnya kemarin Arema. Sepak bola Indonesia harus dibenahi secara menyeluruh, termasuk suporternya. Harusnya kompetisi tidak dimulai dulu kompetisi tanpa ada komitmen bersama," ujar dia.
Sepak bola Indonesia harus dibenahi dari akarnya, Akmal melanjutkan perombakan kepengurusan, mengatur regulasi-regulasi agar tragedi seperti di Stadion Kanjuruhan tidak terulang.
"Benahi semua akar masalah sepak bola Indonesia. Mulai dari statuta, regulasi, pengurusnya, dan termasuk membuat Regulasi Suporter," ucapnya.
Akmal berharap jika federasi sepak bola Indonesia bia mencotoh beberapa negara yang pernah mengalami kejadian serupa dan membuat aturan atau regulasi baru demi kemajuan sepak bola bangsa tersebut. Dirinya mencotohkan Football Spectator Act dibuat karena tragedi Hillsbrough pada 1989 yang menewaskan 96 orang saat semiginal FA Cup antara Liverpool vs Notyingham Forest.
Lalu, Pemerintah, Parlemen Inggris, FA, dan Klub Inggris kemudian membuat kesepakatan bersama dengan melahirkan resolusi yang diberi nama FOOTBALL SPECTATOR ACT.
"Hasilnya, Inggris adalah kompetisi pertama di dunia yang stadionnya tanpa pagar pembatas dan kini kompetisinya menjadi yang terbaik di dunia. Harusnya ini dicontoh Pemerintah Indonesia dan PSSI pascatragedi Kanjuruhan," tuturnya.
Sementara itu, bus yang membawa pemain, dan official Persis Solo usai menjalani laga menghadapi Persita Tangerang di Stadion Indomilk itu dilempari batu oleh suporter Persita Fans.
Manager Tim Laskar Sambernyawa. Erwin Widianto menyebut bus yang mereka tumpangi sedianya akan bertolak kembali ke Kota Solo. Namun, bus yang membawa mereka sekitar pukul 18.17 WIB di kawasan Kelapa Dua hingga pintu tol Penunggangan diserang oleh beberapa orang suporter dan melempari batu ke arah bus.Â
Akibat insiden itu, beberapa titik kaca bus pecah dan satu orang official mengalami luka sempat menjalani perawatan. Erwin menyebut pihaknya menyayangkan kejadian tersebut dan menyerahkan sepenuhnya untuk ditangani oleh pihak kepolisian setempat.
"Sudah ditangani (pelemparan bus Persis Solo) oleh pihak berwajib yang tidak jauh dari lokasi kejadian. Polres Tangerang Selatan langsung menindak tegas kejadian ini," kata Erwin.
Â
Advertisement