Liputan6.com, Wajo - Sebuah video rekaman CCTV viral di berbagai platform media sosial sejak Senin (30/1/2023). Video tersebut memperlihatkan aksi pemukulan yang dilakukan oleh anak anggota DPRD Kabupaten Wajo Zainuddin Ambo Saro, bernama Aan Saputra Pratama terhadap seorang juru parkir bernama Suwardi.
Dalam video tersebut, Aan tiba-tiba datang dan meninju kepala bagian belakang serta menendang Suwardi. Alhasil juru parkir tersebut pun sempoyongan.Â
Kapolres Wajo, AKBP Fatchur Rohman membenarkan ihwal kejadian tersebut. Dia menyebutkan bahwa Suwardi yang diwakili oleh keluarganya telah mendatangi Mapolres Wajo untuk melaporkan aksi penganiayaan tersebut.Â
Advertisement
"Benar, korban yang diwakili oleh keluarga telah datang kemarin semalam," kata Fatchur kepada wartawan, Selasa (1/2/2023).Â
Fatchur memastikan meski Aan adalah anak dari salah satu anggota DPRD Wajo pihaknya akan tetap bekerja secara profesional. Ia juga menegaskan bahwa Satuan Reserse Kriminal Polres Wajo akan tetap memproses laporan tersebut.Â
"Intinya, kami akan kerja profesional. Kami akan tindaklanjuti laporan korban," tandas Mantan Kasat Lantas Polrestabes Makassar ini.
Â
Â
Klarifikasi Anak Anggota DPRD Kabupaten Wajo
Berikut transkrip klarifikasi dari Aan Saputra Pratama:
Jadi sekedar klarifikasi, apa yang sudah menjadi viral di media sosial terkait aksi pemukulan saya terhadap juru parkir di salah satu toko di Kota Sengkang. Jadi mungkin banyak asumsi liar yang beredar di media sosial, jadi mungkin sedikit kronologi yang bisa saya sampaikan bahwa video yang beredar di media sosial itu adalah video yang tidak utuh seutuhnya.
Jadi mungkin kronologi awalnya itu, saya ingin menghadiri suatu acara pernikahan di seberang toko tersebut, pada saat itu saya mengikuti beberapa tamu undangan juga parkir di depan Mr. DIY. Nah pada saat saya parkir di depan Mr. DIY itu, pintu kaca sebelah kiri itu diketuk-ketuk oleh si juru parkir, pada saat itu diketuk-ketuk saya juga sudah mengerti lah bahwa mungkin lahan parkirnya beliau yang saya tempati.
Setelah itu saya turun dari mobil untuk bicarakan ke beliau bahwa, seperti ini kurang lebih bahasanya, mohon maaf bos saya minta tolong untuk parkir di lahannya bos sedikit lah karena mengingat juga istri saya hamil besar dan tidak bisa jalab jauh, jadi mungkin juga saya nanti memberikan biaya parkir, kalau perlu saya hanya naik sebentar di atas gedung setelah itu balik kembali.
Nah si juru parkir ini melontarkan kata-kata yang tidak enak. Setelah itu saya sempat cek-cok dan ada teman-teman dari Dishub melerai saya jadi saya langsung naik ke gedung.  Sebelum saya naik ke gedung, si juru parkir ini meneriaki saya dengan bahasa Bugis, Assau mu tu, taro u obbirekko anggotaku (Enak aja, nanti ku panggilkan teman-temanku). Nah kata-kata seperti itu, dalam hal tradisi dan budaya yang saya anut khususnya di daerah Gilireng, Desa Palonro, Kampung Baru, namanya di pakasiri (permalukan). Sebagai laki-laki Kecamatan Gilireng saya juga tidak mau dipakasiri seperti itu, jadi saya naik ke gedung, setelah naik ke gedung, karena saya tidak ingin membawa masalah saya di gedung di acara pernikahan, di acara bahagianya sang pengantin, jadi saya makan setelah itu saya turun ke bawah di tempat mobil parkir dan langsung memukul si tukang parkir seperti apa yang terjadi di CCTV itu, terus setelah itu saya menunjuk temannya lagi yang satu.
Dan mohon klarifikasi mobil saya bukan yang didorong. Mobil saya kalau yang terlihat di kamera itu berwarna merah, tapi sebenarnya warna jingga. Nah setelah kejadian itu, pihak manajemen dari Mr. DIY keluar untuk berteriak bahwa mana Dinas Perhubungan dan yang punya mobil, katanya tidak tau aturan. Makanya saya kesana dan berargumen bahwa, kalau kita berbicara aturan saya meminta bahwa lingkup pekarangan bangunan ibu, IMB nya sampai di mana?, sementara mobil saya ini kan parkir di bahu jalan. Kalau bahu jalan ini kan masih hak mobil saya karena saya dan memiliki BPKB serta STNK, seperti itu. Â
Jadi apa yang terjadi di medsos itu saya harap bisa lah kita simak secara positif. Karena saya memang juga mengakui kesalahan saya, saya khilaf dan memukul bapak jukirnya. Tapi itu semua karena emosi dan maksud saya itu memang bagi saya itu sangat dipakasiri untuk di daerah kami. Jadi saya mohon maaf, saya khilaf, saya mohon maaf kepada beliau (Jukir). Saya akan bertemu dengan beliau dan meminta maaf.
Â
Simak juga video pilihan berikut ini:
Advertisement