Sukses

Badan Geologi Tengah Kembangkan Sistem Peringatan Dini Gerakan Tanah

Early Warning System penting dikembangkan karena dinilai dapat mengurangi dampak bencana.

Liputan6.com, Bandung - Badan Geologi Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) mengaku tengah mengembangkan sistem peringatan dini atau early warning system (EWS) untuk kejadian gerakan tanah atau longsor.

Sistem EWS gerakan tanah ini akan dilengkapi dengan rain gauge untuk mengalirkan air hujan yang tercurah ke tanah dan alat pengukur kelabilan tanah (ekstensometer).

Menurut Plt Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM, Muhammad Wafid, sistem EWS dianggap masih diperlukan untuk penelitian dan penting untuk meminimalisasi korban jiwa saat bencana terjadi.

"Kalau dari sisi mitigasi cukup berpengaruh, kita bisa melihat pergerakan (tanah) itu. Saya kira pergerakan (tanah) itu dihubungkan dengan musim hujan seperti apa? Dihubungkan dengan adanya gempa di sekitarnya seperti apa? Itu sangat penting. Jadi lingkungan sekitar itu kejadiannya seperti apa dan mengakibatkan apa disitu, terkait dengan gerakan tanah umpamanya dan itu penting sekali," ujar Wafid ditulis Bandung, Kamis, 2 Februari 2023.

Peristiwa gerakan tanah sepanjang 2022 terjadi 1.085 dengan jumlah korban jiwa 208 orang dan 2.043 bangunan rusak.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

217 Gempa Tektonik

Badan Geologi Kementerian ESDM mencatat sepanjang 2022 terjadi 217 gempa bumi tektonik di Indonesia berkekuatan lebih dari M 5.0, sebanyak 26 gempa bumi menimbulkan kerusakan.

Wafid menegaskan gerakan tanah yang dipicu oleh gempa bumi akan diteliti dari sisi pergerakan lempeng usai waktu kejadian.

"Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) yang memantau pusat rambatan energi yang merusak terjadi di kerak bumi (seismik). Jika kedua sistem mitigasi bencana Badan Geologi dan BMKG disinergikan akan sangat baik," kata Wafid.

Wafid menjelaskan mitigasi bencana geologi 2022, otoritasnya diklaim telah melakukan pengembangan sistem pemantauan gunung api sebanyak 6 lokasi. Selain itu, pelaksanaan pemetaan geologi gunung api sebanyak 2 lokasi.

Pemetaan Kawasan Rawan Bencana (KRB) gunung api telah dilakukan di 4 lokasi dan 2 lokasi untuk pemetaan KRB gempa bumi. Untuk pemetaan kawasan rawan Tsunami telah dilakukan di 2 lokasi serta pemetaan zona kerentanan gerakan tanah sebanyak 4 lokasi.

"Sosialisasi dan FGD untuk gerakan tanah sudah dilakukan. Kemudian telah dilakukan penyelidikan gerakan tanah dengan metode geofisika 1 lokasi. Pemasangan Landslide Early Warning System 3 lokasi di Pacitan serta pengembangan 4 Pos Pengamat Gunung Api (PGA)," Wafid menandaskan.

 

3 dari 4 halaman

Gempa Sesar Garsela

Sementara itu, Wafid juga memaparkan pemicu gempa bumi tektonik di darat berkekuatan atau magnitudo M4,3 di kedalaman 3 km pukul 22.57 WIB di wilayah Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat kemarin (1/2/2023) akibat aktivitas sesar aktif berupa Sesar Garsela dengan mekanisme sesar mendatar.

Menurut peta geologi lembar Garut dan Pameungpeuk dari Badan Geologi terdapat sesar mendatar di sekitar lokasi pusat gempa bumi. Morfologi (kondisi) daerah sekitar pusat gempa bumi ucap Wafid, merupakan perbukitan bergelombang hingga perbukitan terjal dan setempat merupakan lembah.

"Wilayah ini secara umum tersusun oleh tanah sedang (kelas D) dan tanah keras atau batuan lunak (kelas C). Batuannya merupakan endapan Kuarter berupa batuan rombakan gunung api muda terdiri-dari breksi gunung api, lava dan tuff," ungkap Wafid.

Wafid menambahkan sebagian batuan rombakan gunung api tersebut telah mengalami pelapukan. Endapan Kuarter secara umum bersifat lunak, lepas, belum kompak (unconsolidated) dan memperkuat efek guncangan, sehingga rawan gempa bumi.

Selain itu pada morfologi perbukitan bergelombang hingga perbukitan terjal yang tersusun oleh batuan rombakan gunung api yang telah mengalami pelapukan berpotensi terjadi gerakan tanah yang dapat dipicu oleh goncangan gempa bumi kuat dan curah hujan tinggi.

Kejadian gempa bumi ini diperkirakan tidak berpotensi mengakibatkan terjadinya bahaya ikutan (collateral hazard) berupa retakan tanah, penurunan tanah, gerakan tanah dan likuefaksi.

"Masyarakat diimbau untuk tetap tenang, mengikuti arahan serta informasi dari petugas Badan Penanggulanagn Bencana Daerah (BPBD) setempat, dan tetap waspada dengan kejadian gempa bumi susulan. Jangan terpancing oleh isu yang tidak bertanggung jawab mengenai gempa bumi," jelas Wafid.

Wafid mengimbau bagi penduduk yang rumahnya mengalami kerusakan agar mengungsi ke tempat yang lebih aman. Rekomendasi yang diterbitkan oleh Badan Geologi Kementerian ESDM adalah bangunan di Kabupaten Garut harus dibangun menggunakan konstruksi bangunan tahan gempa bumi guna menghindari dari risiko kerusakan. Selain itu juga harus dilengkapi dengan jalur dan tempat evakuasi.

Wilayah Kabupaten Garut tergolong rawan gempa bumi, Wafid menganjurkan harus ditingkatkan upaya mitigasi gempa bumi. "Demikian juga wilayah pantai selatan Kabupaten Garut yang rawan tsunami harus ditingkatkan upaya mitigasi tsunami," terang Wafid.

 

4 dari 4 halaman

Inventarisir Dampak Kejadian Bencana

Saat ini, otoritasnya berencana mengirim Tim Tanggap Darurat (TTD) ke lokasi bencana untuk menginventarisir dampak kejadian gempa bumi dan memberikan rekomendasi teknis, serta melakukan koordinasi dengan Pemerintah Kabupaten Garut.

Berdasarkan laporan yang diterima Badan Geologi dari BPBD Kabupaten dan informasi penduduk setempat, kejadian gempa bumi tersebut telah mengakibatkan bencana berupa 1 orang luka-luka di Kecamatan Samarang dan kerusakan beberapa bangunan di Desa Pasirwangi (Kecamatan Pasirwangi), Desa Cisarua dan Samarang (Kecamatan Samarang), Kabupaten Garut.

Sedangkan guncangan gempa bumi dirasakan di daerah sekitar lokasi pusat gempa bumi pada skala intensitas antara III - IV MMI (Modified Mercalli Intensity).

"Sebaran pemukiman penduduk yang terlanda guncangan gempa bumi terletak pada Kawasan Rawan Bencana (KRB) gempa bumi menengah. Kejadian gempa bumi tersebut tidak menyebabkan tsunami karena lokasi pusat gempa bumi terletak di darat," ucap Wafid.

Berdasarkan informasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), lokasi pusat gempa bumi terletak di darat pada koordinat 107,73 BT dan 7,27 LS, berjarak sekitar 19,4 km barat daya Kota Garut, Provinsi Jawa Barat, dengan magnitudo (M4,3) pada kedalaman 3 km.

Kekuatan gempa bumi ini juga terdeteksi oleh Badan Geologi Amerika, The United States Geological Survey (USGS, lokasi pusat gempa bumi terletak pada koordinat 107,613 BT dan 7,290 LS dengan magnitudo (M4,4) pada kedalaman 10 km.

Sementara data dari Badan Geologi Jerman, GeoForschungsZentrum (GFZ), lokasi pusat gempa bumi berada pada koordinat 107,7 BT dan 7,20 LS, dengan magnitudo (M4,5) pada kedalaman 10 km.

"Dampak gempa bumi dirasakan di Kabupaten Garut, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat dan Kabupaten Sumedang," kata Kepala Seksi Kedaruratan BPBD Jawa Barat, Hadi Rahmat, dalam keterangan tertulisnya.

Menurut Hadi, laporan jumlah bagunan yang rusak akibat gempa bumi ini baru diterima dari Kabupaten Garut yaitu 10 rumah rusak dan 7 rumah lainnya terdampak yang tersebar di 3 desa dan 3 kecamatan berbeda.

Untuk daerah lain di luar Kabupaten Garut, hingga saat ini tengah dilakukan pendataan jumlah kerusakan yang dialami. Kabupaten Garut juga pernah mengalami gempa bumi tektonik pada 3 Desember 2022 yang dirasakan dampaknya di 5 desa di 3 kecamatan gempa bumi tektonik berkekuatan M6.1 pukul 16.53 WIB.

Gempa bumi yang terjadi di kedalaman 118 km darat Barat Daya Kabupaten Garut itu, awalnya terdeteksi oleh Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) berkekuatan M6.4. Akibat bencana alam tersebut sementara terdapat 6 rumah mengalami kerusakan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.