Sukses

Keren, Mahasiswa ITS Ciptakan Trem Tanpa Pengemudi Ramah Lingkungan

Trem inovasi mahasiswa tersebut diklaim mampu mengurangi emisi karbondioksida di Surabaya sebesar 31 ton per tahun

Liputan6.com, Jakarta - Mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya sukses menemukan inovasi Autonomous Electric Tram (AUTRAM) alias Trem.

Temuan tersebut berangkat dari keprihatinan terhadap buruknya kualitas udara di Surabaya Jawa Timur. Inovasi trem tersebut tanpa pengemudi dan bertenaga baterai sebagai moda transportasi masa depan.

Trem tersebut diklaim mampu mengurangi emisi karbondioksida di Surabaya sebesar 31 ton per tahun. Perwakilan tim peneliti Muhammad Ainul Yaqin mengatakan, gagasan Autram sebagai kendaraan yang menggunakan tenaga baterai terbilang baru.

Dia menjelaskan, kelebihan baterai pada trem tersebut dapat diisi ulang daya menggunakan pembangkit tenaga surya.

"Ide ini dapat terbilang baru, pemanfaatan energi terbarukannya juga cocok diterapkan di Surabaya," ujarnya, tertulis, Minggu (5/2/2023).

Mahasiswa yang kerap disapa Inung tersebut menuturkan, untuk menjalankan trem ini dibutuhkan beberapa sensor. Mulai dari Global Navigation Satellite System (GNSS), Light Detection and Ranging (LIDAR), Radar, hingga kamera dengan fungsinya masing-masing yang saling melengkapi.

Seperti pada sensor GNSS, sensor tersebut berfungsi untuk menentukan posisi trem menggunakan sistem navigasi satelit. Selanjutnya, sensor LIDAR digunakan untuk mendeteksi sekaligus memetakan bentuk tiga dimensi dari lingkungan sekitar dengan akurasi yang tinggi. Sedangkan sensor Radar akan mendeteksi dan mengukur jaraknya dengan akurat.

"Sensor Radar dapat diandalkan untuk sistem pengereman darurat," ungkap mahasiswa Departemen Teknik Fisika angkatan 2019 ini.

Selain ketiga sensor tersebut, terdapat pula fitur kamera yang dapat mendeteksi benda di sekitar trem, rambu lalu lintas, serta garis jalan.

**Liputan6.com bersama BAZNAS bekerja sama membangun solidaritas dengan mengajak masyarakat Indonesia bersedekah untuk korban gempa Cianjur melalui transfer ke rekening:

1. BSI 900.0055.740 atas nama BAZNAS (Badan Amil Zakat Nasional)2. BCA 686.073.7777 atas nama BAZNAS (Badan Amil Zakat Nasional)

Saksikan video pilihan berikut ini: 

2 dari 2 halaman

Juara 2

Hal ini juga didukung dengan kecerdasan buatan yang disebut Movement Authority Limit (MAL). MAL dapat menentukan batas jarak yang diperbolehkan untuk trem bergerak.

"Dengan begitu, trem dapat bergerak maju, berhenti, mundur, menambah kecepatan, dan mengurangi kecepatan. Jika daya pada baterai habis, maka akan diganti dengan baterai baru yang telah dicas di stasiun pengecasan," tutur pemuda asal Jember ini.

Menggunakan tenaga satu baterai penuh, Autram mampu menempuh jarak hingga 77 kilometer. Kendaraan ini panjang 11,5 meter, lebar 2,7 meter, serta tinggi 3 meter.

Autram juga memiliki keunggulan sistem pembayaran nontunai, sehingga seluruh sistem pada kendaraan ini dapat dijalankan tanpa tenaga manusia.

Tak hanya memanfaatkan energi terbarukan, inovasi Inung bersama rekannya Novandian Rafly Kurniawan yang tergabung dalam Tim Solar ini juga berdampak pada pengurangan emisi karbon.

Antara lain yang berasal dari kendaraan bermotor, kepadatan jalan raya karena banyaknya kendaraan pribadi, serta dihasilkannya sistem transportasi umum kota yang modern.

Berangkat gagasan tersebut, Tim Solar yang dibimbing oleh Dr Bambang Lelono Widjiantoro ST MT ini telah berhasil meraih Juara 2 pada Kategori Future of Mobility dalam Kompetisi Digital Innovation and Technology Competition (DIGITECH) 2022 yang diselenggarakan oleh Astra Indonesia, beberapa waktu lalu.

Inung berharap ke depannya riset mengenai Autonomous Tram di Indonesia dapat segera terlaksana. Sebagaimana sebelumnya telah ada wacana pembangunan transportasi Surotram dan Boyorail di Surabaya.

“Kami berharap Indonesia dapat menjadi yang terdepan dalam pengembangan riset AUTRAM, sehingga tidak bergantung dengan teknologi negara lain,” pungkasnya optimistis.