Liputan6.com, Lombok - Masyarakat Lombok, Nusa Tenggara Barat memiliki sebuah tradisi unik, yakni Bau Nyale. Tradisi unik ini dirayakan setiap tanggal 20, bulan 10 menurut penanggalan Suku Sasak.
Bau Nyale merupakan tradisi turun-menurun yang bertahan hingga saat ini. Dalam tradisi ini, ribuan orang menangkap cacing laut di sepanjang pantai Pulau Lombok.
Cacing-cacing laut ini dikenal dengan sebutan nyale ini dipercaya sebagai jelmaan Putri Mandalika. Dikutip dari laman kebudayaan.kemendikbud, Mandalika dikenal sebagai putri cantik yang memilih menceburkan diri ke laut lepas, demi menghindari peperangan antar pangeran yang memperebutkan dirinya.
Advertisement
Legenda Putri Mandalika ini dikenal hampir di seluruh penjuru Pulau Lombok. Meskipun belum ada catatan resmi yang ditemukan mengenai Mandalika yang melegenda tersebut.
Baca Juga
Penduduk setempat percaya nyale memiliki tuah yang dapat mendatangkan kesejahteraan. Apabila ada banyak nyale yang berhasil ditangkap, pertanda hasil pertanian akan melimpah.
Masyarakat Lombok juga sengaja membuang daun bekas pembungkus nyale ke sawah, supaya hasil tanaman padi akan melimpah ruah. Cara memburu nyale atau cacing laut dalam tradisi ini juga tak kalah unik.
Jaring-jaring harus disebar mengikuti arah air laut dan angin, agar cacing laut berwarna-warni dapat tersangkut di jaring. Masyarakat yang ikut dalam kemeriahan tradisi Bau Nyale berasal dari berbagai usia.
Mulai dari anak-anak hingga dewasa, laki-laki maupun perempuan, tak ada batasan. Mereka memiliki hasrat yang sama, menemukan jelmaan Putri Mandalika itu.
Kegiatan ini pun membuat warga larut dalam kegembiraan. Nyale warna warni ini juga dikenal mengandung protein yang tinggi, sehingga sangat nikmat dan layak dikosumsi, apalagi hanya bisa dinikmati setahun sekali.