Liputan6.com, Bandung - Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menyatakan, Pemrov Jabar terus mengevaluasi program Petani Milenial. Ia pun menginstruksikan perangkat daerah terkait untuk turun tangan memetakan dinamika yang terjadi di lapangan.
Baca Juga
Advertisement
"Petani Milenial ini seperti yang saya sampaikan, selalu dievaluasi," kata Ridwan Kamil di Gedung Sate, Kota Bandung, Senin (6/2/2023).
Menurut Emil, ada dinamika dalam pelaksanaan program Petani Milenial. Hal itu terjadi karena Pemproiv Jabar menjadi jembatan tiga pihak, yakni petani milenial, perbankan, dan offtaker.
Adapun program Petani Milenial disebut telah melahirkan 1.200-an petani muda yang sukses.
"Sepertiga belum berhasil. Ketidakberhasilan yang sepertiga jangan digeneralisasi programnya gagal. Kenapa? Karena pemprov ini mengawinkan tiga pihak. Petani milenial, perbankan, dan pembeli. Tentu ada dinamika," ujar dia.
"Contoh. Semua sudah siap dan lancar. Eh, pembeli Filipina melarang impor kelinci. Padahal, petani milenial kelinci sudah siap, pembayaran sudah siap. Ada force majeure. Terus yang isu petani (milenial) tanaman hias karena ada perang Rusia-Ukraina," cetusnya.
Selain itu, kata Emil, pihaknya sudah meminta kepada bank bjb untuk lebih fleksibel.
"Dinamika ada, dan kita bereskan juga dengan meminta bank bjb untuk lebih fleksibel dalam urusan penagihan dan pembayaran," ujarnya.
Sebelumnya, program Petani Milenial yang digagas oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat (Pemprov Jabar) mendapat sorotan tajam. Hal ini terungkap setelah salah seorang peserta Petani Milenial Jabar mengeluhkan karut marut pelaksanaan program ini.
Rizky Anggara, peserta program tersebut menyampaikan keluh kesahnya melalui sebuah utas di media sosial Twitter. Lantas, keluhan Ketua Petani Milenial Tanaman Hias Gelombang 1 itu mendapat respons warganet hingga akhirnya viral.