Sukses

Petani Hampir Panen Raya, Bagaimana Impor Beras?

Beras Bulog sebanyak 500 ton akan tuntas sampai di Indonesia pada 15 Februari 2023. Pengiriman beras impor dari berbagai negara dilakukan secara bertahap, mulai dari Desember 2022 dan terus berlangsung pada Januari hingga Februari 2023 ini.

Liputan6.com, Serang - Beras Bulog sebanyak 500 ribu ton akan tuntas sampai di Indonesia pada 15 Februari 2023. Pengiriman beras impor dari berbagai negara dilakukan secara bertahap, mulai dari Desember 2022 dan terus berlangsung pada Januari hingga Februari 2023 ini.

Kemudian pada Maret 2023 mendatang, Bulog akan membeli gabah dan beras dari petani, karena telah memasuki panen raya.

"Sekarang tinggal sisanya. Kita alokasikan 2023 ini Januari-Februari dan saya membatasi hingga 15 Februari, supaya tidak bertabrakan dengan masa panen," ujar Dirut Bulog, Budi Waseso, di Polda Banten, Jumat (10/02/2023).

Buwas mengklaim impor beras yang belum sampai ke Indonesia hanya tinggal sedikit. Beras dari berbagai negara itu sedang dalam perjalanan untuk bersandar.

Proses pengiriman hingga bongkar muat juga terkendala cuaca buruk di laut. Bahkan saat menurunkan beras dari kapal, cuaca harus cerah.Sebab jika turun hujan bisa merusak kualitas beras impor.

"Ini sekarang masih ada sebagian kecil yang belum tiba, keterlambatan karena angkutan libur nataru dan cuaca, dan prosedur. Belum lagi membongkar, cuaca harus cerah, kalau enggak itu nanti bermasalah, jadi banyak kendalanya. Tapi insya Allah, Februari pertengahan ini semua masuk dan langsung kita salurkan," terangnya.

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

2 dari 2 halaman

Ketahanan Pangan Tanggung Jawab Bersama

Mantan Kabareskrim itu menerangkan kalau tanggung jawab ketahanan pangan bukan hanya milik Bulog, tetapi perlu kerja sama dari berbagai pihak yang mengurusi pangan dan pertanian, agar hasil padi bisa melimpah dan Indonesia swasembada pangan.

Pria yang pernah menjabat sebagai Kepala BNN RI selama tiga tahun itu mengklaim terpaksa mengimpor beras, karena kondisi yang darurat. Impor bahan pangan mayoritas warga Indonesia harus dilakukan lantaran produksi menurun yang dipengaruhi cuaca dan bencana alam di daerah penghasil padi.

"Salah satu kita tidak import itu produksi beras yang perlu ditingkatkan. Sekaligus saya sampaikan, kita tidak harus saling menyalahkan, tapi ayo kita bekerja bagaimana kita meningkatkan produksi itu, hasil pertanian padi, lahan kita subur dan pasti bisa, tapi ini satu kendalanya, cuaca, kondisi alam, anomali cuaca kemarin, belum lagi bencana alam dibeberapa wilayah produksi beras, sehingga itu otomatis akan berdampak pada kuantitas dan produksinya," tuturnya.