Sukses

Tak Hanya Penduduk, di Danau Limboto Gorontalo Ternyata Ada Sensus Burung

Belasan jenis dan jumlah burung di sekitar Danau Limboto dicatat para pegiat lingkungan dalam kegiatan sensus burung air Asia atau Asian Waterbird Census (AWC).

Liputan6.com, Gorontalo - Populasi belasan jenis burung di sekitar Danau Limboto dicatat para pegiat lingkungan dalam kegiatan sensus burung Air Asia atau Asian Waterbird Census (AWC).

Sensus burung Air Asia ini dilakukan oleh Perkumpulan Biodiversitas Gorontalo (Biota) yang menggandeng Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK) Universitas Negeri Gorontalo dan masyarakat sekitar danau terbesar di Gorontalo.

Sensus burung ini merupakan bagian dari kegiatan global yang secara serentak dilakukan di seluruh dunia atau International Waterbird Census.

“Tujuan sensus burung air asia adalah mengumpulkan informasi dan data tahunan mengenai populasi burung air di lahan basah, kami melakukan di Danau Limboto,” kata Debby Hariyanti Mano, Direktur Perkumpulan Biota.

Menurutnya, kegiatan ini sebagai sarana untuk menumbuhkan dan mendukung minat masyarakat terhadap burung air dan lahan basah serta upaya pelestariannya.

Dalam kegiatan ini, sebanyak 34 mahasiswa dan pengajar Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK) Universitas Negeri Gorontalo terlibat. Mereka belajar melakukan pengamatan burung dengan menggunakan alat bantu teropong, spottings scope, dan buku panduan lapangan.

Dalam sensus burung ini para mahasiswa dibagi 2 kelompok dengan dikoordinir oleh dua orang yang berpengalaman. Kedua kelompok ini bertugas melakukan pendataan burung air, mulai ada yang menghitung jumlah, memastikan jenis burung, hingga membuat sketsa di kertas.

“Sensus burung ini pertama kali kami ikuti, sangat menyenangkan,” kata Indah Sulistiawati salah seorang mahasiswa Prodi PWK yang bertugas mencatat burung yang diamati.

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

2 dari 2 halaman

Jenis Burung

Pengalaman menarik lainnya diungkapkan oleh M Ridho Ferdianto Thalib yang untuk pertama kalinya menggunakan spotting scope dalam pengamatan ini. Ia mendapati sejumlah burung dengan bulu-bulu yang beragam, ada yang berwarna putih bersih seperti kuntul kecil, ada juga yang kombinasi warna seperti blekok sawah dengan bulu berbiaknya.

“Saya kira dua jenis, ternyata blekok sawah punya bulu yang berbeda saat masuk masa berbiak dan tidak. Ini juga terjadi pada burung lain,” kata M Ridho Ferdianto Thalib.

Pengamatan ini dilakukan mulai pagi sekitar pukul 06.00 Wita dengan berkumpul di Sunset Guesthouse, sebuah usaha penginapan ekowisata yang berada di tepi Danau Limboto. Di Sunset Guesthouse ini para peserta mendapat pembekalan singkat apa yang akan dilakukan di lapangan.

Setelah itu, peserta bergerak ke arah persawahan di tepi danau Limboto, sejumlah burung diamati berada di antara tanaman dan semak, di lokasi ini didata kuntul kecul, blekok sawah, dan tikusan alis putih.

Selanjutnya, pengamatan burung dipindahkan ke Danau Limboto, di danau ini burung-burung air lebih beragam. Dominasi kuntul kecil dan blekok sawah masih terlihat, namun kemudian datang rombongan burung jenis dara laut yang jumlahnya sangat banyak, mencapai ratusan ekor.

“Saya kira sampah terapung di antara enceng gondok, ternyata burung yang sedang hinggap,” ujarnya.

Jenis burung lain yang didata adalah kecuit kerbau, kutilang, cangak merah, bambangan hitam, bambangan kuning, bambangan coklat, mandar kelam, mandar batu, dan jenis burung air lainnya.

Usai penghitungan jenis burung, peserta sensus burung air Asia kembali ke Sunset Guesthouse untuk mempresentasikan pengamatannya. Masing-masing kelompok memaparkan hasilnya, semua anggota kelompok bisa mengungkapkan pengalaman menariknya saat mengamati burung.

“Ternyata melihat burung di alam dengan teropong lebih mengasyikkan, lebih memukau,” ia menandaskan.