Liputan6.com, Morowali - Proyek strategis nasional, pertambangan dan pengolahan nikel PT Vale Indonesia di Morowali, ditarget selesai dalam 2,5 tahun. Industri itu disebut menyerap 15 ribu tenaga kerja lokal dan menjadi industri nikel ramah lingkungan.
Baca Juga
Advertisement
Pembanguan infastruktur industri nikel bernilai investasi Rp37,5 triliun itu dimulai Jumat (10/3/2023) di dua lokasi yakni di Desa Sambalagi, Kecamatan Bungku Pesisir dan Desa Bahomotefe.
Sebanyak 15 ribu pekerja lokal ditargetkan terserap industri tersebut mulai dari masa kontruksi. Bahkan saat beroperasi nanti PT Vale membutuhkan tambahan 3.000 pekerja lagi.
Menteri Koordinator Perekonomian, Airlangga Hartarto di Desa Sambalagi mengungkapkan kehadiran pertambangan nikel PT Vale di Morowali mesti memberi dampak kepada daerah dan masyarakat hingga negara.
“Investasi yang besar ini mesti berdampak pada masyarakat baik melalui serapan tenaga kerja maupun pemberdayaan," Hartarto mengatakan saat memberi sambutan di acara peletakan batu pertama pabrik pengolahan dan pertambangan nikel PT Vale Indonesia.
Untuk menyiapkan kemampuan tenaga kerja kontruksi, pihak perusahaan telah membuka pelatihan.
Hartarto menyebut kehadiran PT Vale di Morowali juga makin menguatkan posisi Indonesia sebagai produsen nikel terbesar di dunia. Tahun 2022 ekspor nikel Indonesia kata dia meningkat 360 persen dibanding tahun 2021.
Pertambangan dan pengolahan nikel PT Vale diproyeksikan dapat memproduksi hingga 73 ribu ton per tahun. Proyek itu juga masuk dalam Proyek Strategis Nasional.
"Ini momen bersejarah bagi kami karena terealisasinya hilirisasi proyek SDA dan memberi nilai tambah bagi daerah dan negara," CEO PT Vale Indonesia, Febriany Eddy mengatakan.
Â
Simak video pilihan berikut ini:
Komitmen Menjadi Industri Rendah Karbon Pertama di Indonesia
Kebutuhan energi untuk operasional proyek pertambangan dan pengolahan nikel di Morowali itu diklaim menggunakan teknologi ramah lingkungan terutama untuk menekan emisi karbon.
Proyek itu menjadi yang pertama menerapkan Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) untuk proyek pengelolaan nikel di Indonesia. Jejak karbon dari LNG sendiri lebih rendah dibanding sumber energi lainnya yang masih tradisional. Sehingga dinilai lebih ramah lingkungan.
PT Vale Indonesia juga menggandeng salah satu perusahaan asal China untuk pengembangan energi tersebut.
Dengan LNG sebagai sumber energi utama, perusahaan mengklaim bisa menekan emisi karbon hingga 2 juta ton pertahun.
"Kami berkomitmen kami untuk menjadi produsen nikel andal dengan jejak karbon rendah," Febriany mengungkapkan
Advertisement