Sukses

Ingkung Kalimasada Olahan Ayam untuk Pertemuan Para Raja Kartasura, Diolah hingga 8 Jam

Ingkung Kalimasada adalah jenis olahan dari bahan dasar ayam kampung atau entok yang diolah hingga 8 jam menggunakan bahan-bahan rempah alami.

Liputan6.com, Kartasura - Dahulu kala, Kerajaan Kartasura sangat disegani khususnya di Pulau Jawa. Pasalnya wilayah tersebut menjadi daerah paling kaya dengan penduduk paling makmur.

Meski pada zaman dahulu masih memberlakukan upeti atau pajak, kerajaan Kartasura tidak memungut pajak besar yang memberatkan rakyatnya.

Alfian Prastetyo penikmat budaya yang tergabung dalam Mataram Jaya Winangun, dalam acara Kwali Mataram, menyebut banyak pemerhati budaya atau penikmat budaya hanya melihat sisi kelam tentang kerajaan, seperti peperangan dan perebutan kekuasaan atau peperangan.

Padahal, sejarah tentang kerajaan Mataram sangat banyak untuk bisa diulik dan juga dilestarikan. Di antaranya tentang kuliner, rempah-rempah, tata cara makan, tata cara menghidangkan sajian untuk dimakan, dan lainnya.

"Kita bisa melestarikan kebiasaan para raja dan bangsawan makan, memasak dan menikmati kuliner. Nah, jenis-jenis makanan yang dimakan raja zaman dulu ini kan banyak, bisa dijadikan sebagai warisan budaya dan membangkitkan UMKM," kata alfian ditemui ketika tengah mengolah ingkung kalimasada di lingkungan Keraton Kartasura, Minggu (12/2/2023).

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

2 dari 3 halaman

Proses Alami Pengempukan Ingkung

Menurutnya dari sebuah kerajaan khususnya di Kartasura yang meninggalkan banyak petunjuk terkait pembuatan kuliner dan bahan dasarnya, sekaligus bisa membangkitkan UMKM masyarakat. Sejarah adalah nyata di mana pada zaman dulu ada sebuah kehidupan dengan sistem pemerintahan kerajaan yang banyak meninggalkan hal yang bisa dimanfaatkan untuk masyarakat di kehidupan sekarang.

"Ada petunjuk cara mengolah kuliner, ingkung Kalimasada ini diolah kurang lebih 8 jam. Prosesnya alami mulai dari merebus hingga pengovenan menggunakan lumpur dan dibakar diatas arang," tutur dia.

Alfian memaparkan bagaiaman proses pembuatan ingkung Kalimasada yang biasanya digunakan para raja dan bangsawan untuk jamuan makan. Ayam kampung atau entok yang sudah dicuci bersih di rebus dengan aneka rempah, setelah meresap kemudian diangkat, dan tahap kedua direbus lagi dengan bumbu cabe, bawang merah, bawang putih, pala, wijen, dan juga kembang lawang.

Tak berhenti sampai perebusan kedua, setelah bumbu tersebut meresap diangkat dan kemudian digoreng dlam minyak yang sudah diberikan daun pandan, sereh, dan kembali dibumbui rempah.

Setelah matang ayam atau entok diletakan di lembaran daun pisang kemudian dibungkus, selanjutnya dibungkus lagi dengan daun talas, kemudian dibungkul alumunium foil, terakhir dibaluri lumpur tanah liat yang diambil dari sawah, dan dibakar diatas bara api atau arang.

"Kalau zaman dulu sesudah dibungkus daun, lalu menggunakan lembaran kuningan, lalu dibakar. Jaman dulu tidak ada presto, cara mempresto mereka ya seperti itu (dilumuri lumpur dan dibakar menggunakan arang)," ujar dia. 

3 dari 3 halaman

Kuliner Kaya Rempah

Proses memasak yang memakan waktu sangat lama itu adalah sebagai pengganti proses pengempukan daging secara tradisional, dan hal tersebutlah yang dilakukan oleh keluarga kerajaan atau bangsawan pada masa itu.

Petunjuk itulah yang seharusnya dimanfaatkan oleh para masyarakat di masa sekarang untuk bisa mencotoh dan melestarikan budaya untuk membangkitkan ekonomi masyarakat.

"Ingkung Kalimasada biasanya disajikan pada saat syukuran Keraton Kartasura pertama. Masyarakat Kartasura itu sangat unik karena tidak mau berpangku tangan kepada pemerintah, lagi krisis tidak ada kerjaan, rakyat membuat sesuatu yang bisa diolah dan di pasarkan ke daerah lain," tutur Alfian.

Untuk diketahui, ada 12 jenis ingkung yang sering digunakan dalam acara-acara kerajaan dan semua olahan ayam atau entok itu diolah menggunakan rempah-rempah yang memang tumbuh di sekitar kerajaan Kartasura dan sekitarnya.

Ingkung Kalimasada adalah ingkung yang selalu disuguhkan ketika raja menjamu tamu-tamu atau tengah mengadakan selamataan/syukuran. Hal itu sebagai bentuk rasa syukur atas diberikannya kesejahteraan khususnya di kerajaan/pemerintahan Kartasura pada masa itu.

"Keraton/pemerintahan Kartasura menjadi rebutan karena menjadi daerah paling kaya dan penduduknya sejahtera. Bahkan, melebihi Surabaya dan Surabaya bertekuk lutut di Mataram," kata dia mengakhiri.