Sukses

Warisan Budaya Tak Benda Cirebon, Tari Topeng hingga Panjang Jimat

Cirebon kini dapat diperhitungkan karena mengalami pertumbuhan ekonomi yang tumbuh secara signifikan.

Liputan6.com, Cirebon Cirebon merupakan sebuah daerah yang berada di wilayah pantai utara Jawa Barat yang kini bertransformasi menjadi kawasan perniagaan.

Cirebon membukukan pertumbuhan ekonomi yang cukup signifikan. Banyak pengunjung yang datang untuk wisata ke Cirebon.

Berbagai pilihan destinasi wisata mulai dari wisata budaya, wisata religi, wisata kuliner, maupun wisata fashion. Sejumlah tradisi di Cirebon masuk dalam daftar warisan budaya tak benda oleh Kemdikbud.

Berikut sejumlah warisan tak benda yang dihimpun melalui dari Kemdikbud.go.id yang dimiliki Cirebon.

Tari Topeng Cirebon

Tari Topeng adalah salah satu tarian di wilayah kesultanan Cirebon. Tari Topeng Cirebon, kesenian ini merupakan kesenian asli daerah Cirebon, termasuk Subang, Indramayu, Jatibarang, Majalengka, Losari, dan Brebes.

Disebut Tari Topeng karena penarinya menggunakan topeng saat menari. Pada pementasan tari Topeng Cirebon, penarinya disebut sebagai dalang, dikarenakan mereka memainkan karakter topeng-topeng tersebut.

Tari Topeng banyak sekali ragamnya dan mengalami perkembangan dalam hal gerakan, maupun cerita yang ingin disampaikan. Terkadang tari topeng dimainkan oleh satu penari solo, atau bisa juga dimainkan oleh beberapa orang.

Lukisan Kaca

Lukisan Kaca telah dikenal di Cirebon sejak abad ke-17 Masehi. Keberadaannya bersamaan dengan berkembangnya Agama Islam di Pulau Jawa. Lukisan Kaca berperan sebagai media dakwah Islam pada masa pemerintahan Panembahan Ratu di Cirebon.

Lukisannya berupa Kaligrafi dan Wayang. Pengaruh Islam menjadi ciri khas dari lukisan kaca Cirebon, seperti gambar kabah, masjid, dan kaligrafi berisi ayat-ayat Al-Qur'an atau Hadis.

Cerita wayang berpengaruh pada pilihan tema lukisan kaca. Para pengrajin lukisan kaca selalu menampilkan tokoh seperti Kresna, Arjuna, Rama, Lesmana, dan lain-lain. Masa kejayaan lukisan kaca diperkirakan dimulai pada abad ke-19 sampai awal abad ke-20.

Sekurang-kurangnya hingga tahun 1950-an. Ketika itu hampir semua rumah di Cirebon terpasang lukisan kaca. Lukisan kaca itu bukan sekedar hiasan, namun dipercaya sebagai penolak bala.

Pada tahun 1960-an merupakan masa-masa suram bagi seniman lukis kaca. Sejak awal tahun 1980-an, aktivitas lukisan kaca mulai bangkit dan terus berkembang.

Lukisan Kaca Cirebonan merupakan seni lukis dengan mempergunakan media kaca. Teknik melukisnya dilakukan dengan cara terbalik atau melukis dibagian belakang.

Hasil lukisannya biasa dilihat dari bagian depan. Lukisan Kaca Cirebonan memiliki keunikan dalam penggarapannya.

Melukis di bagian belakang sangat membutuhkan ketelitian, keterampilan dan kesabaran. Seorang Pelukis Kaca harus mampu menghindarkan diri dari kesalahan ketika melakukan pengecatan. Pewarnaannya menganut Gelap ke Terang dan Terang ke Gelap.

Demikian pula, ketelitian dalam menggoreskan kwas perlu dimiliki, agar tidak menabrak kontour (garis gambar), ketelitian dalam mencampur/mengoplos warna dan ketelitian dalam menentukan ragam hias.

**Liputan6.com bersama BAZNAS bekerja sama membangun solidaritas dengan mengajak masyarakat Indonesia bersedekah untuk korban gempa Cianjur melalui transfer ke rekening:

1. BSI 900.0055.740 atas nama BAZNAS (Badan Amil Zakat Nasional)2. BCA 686.073.7777 atas nama BAZNAS (Badan Amil Zakat Nasional)

Saksikan video pilihan berikut ini: 

2 dari 3 halaman

Panjang Jimat

Latar belakang panjang jimat adalah Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW yang merupakan warisan dari Kalifah Sholahuddin Al Ayubi, setelah wafatnya Nabi Muhammad. Sholahuddin selalu merayakan maulud dengan berbagai upacara yang berlangsung marak dengan bertujuan agar umat Muslim selalu ingat dan meneladani Muhammad.

Demikian juga di Cirebon, mengadopsi perayaan itu dan disesuaikan dengan adat dan istiadat setempat. Dan sampai sekarang dikenal apa yang disebut upacara Panjang Jimat.

Dalam kegiatan Panjang Jimat tersebut menceritakan mulai dari Nabi Muhammad masih dalam kandungan hingga kelahirannya dengan berbagai simbol. Arti Panjang Jimat adalah kita ingat bahwa piring besar yang terbuat dari keramik, orang menyebutnya Panjang.

Sedangkan Jimat artinya bentuk barang apa pun pada umumnya benda pusaka yang mengandung momentum penting bagi seseorang. Upacara panjang jimat adalah puncak dari rentetan acara peringatan Maulid Nabi di tiga keraton.

Di keraton Kanoman sendiri, upacara panjang jimat dimulai dengan sembilan kali bunyi lonceng Gajah Mungkur yang berada di gerbang depan keraton. Suara lonceng tersebut merupakan tanda dibukanya upacara panjang jimat.

Setelah lonceng dibunyikan, Pangeran Patih PRM Qodiran mewakili Sultan Kanoman XII Sultan Raja Muhammad Amirudin yang menggunakan pakaian jubah berwarna Emas keluar dari ruang mande mastaka menuju bangsal jinem.

Di bangsal Jinem, pangeran menerima sungkem dari pangeran komisi, Rohim, sebagai tanda dimulainya proses panjang jimat. Selama prosesi upacara digelar, Pangeran Patih sama sekali tidak diperkenankan bicara sedikitpun. Ini dilakukan sebagai simbol istiqomah.

Tidak hanya genderang lonceng dibunyikan, tanda pembukaan upacara panjang jimat juga ditandai dengan tiupan pluit yang mengisyaratkan kepada warga agar memberikan jalan bagi iring-iringan famili yang diikuti abdi dalem menuju langgar alit yang berjarak sekitar 500 meter.

Setelah pangeran komisi memberikan sungkem kepada Pangeran Patih, iring-iringan mulai berjalan. Pangeran patih bersama famili berada paling depan. Dalam perjalan menuju langgar alit, seluruh iring- iringan membacakan sholawat nabi.

Iring-iringan rombongan dikuti oleh rombongan wanita bangsawan yang tidak sedang datang bulan. Mereka membawa barang pusaka keraton, dan perlengkapan rumah tangga seperti piring, lodor, kendi, dan barang peninggalan sejarah lainnya.

Perjalanan rombongan diawali dari depan pendopo keraton, kemudian melewati pintu kejaksan dan melewati Pintu Si Blawong yang dibuka hanya setahun sekali yaitu pada prosesi maulid saja dan berakhir di Masjid Agung Kanoman.

Saat perjalanan menuju masjid, ribuan warga berebut memadati sepanjang jalan yang dilewati rombongan. Tidak sedikit, warga yang sengaja menghampiri sultan hanya untuk bersalaman dan berharap mendapat berkah.

Setelah tiba di masjid, seluruh rombongan duduk rapi di dalam masjid. Ditempat itu, turut dibacakan riwayat Nabi, pembacaan barjanji, kalimat Thoyyibah, sholawat Nabi dan ditutup dengan berdoa bersama.

 

3 dari 3 halaman

Upacara Pernikahan

Upacara Pernikahan

Upacara pernikahan merupakan bagian dari tradisi daur hidup manusia dan tidak bisa terlepas dari tradisi daerah yang dalam penyelenggaraannya sangat beragam seperti halnya di Kasultanan Kacirebonan.

Kasultanan Kacirebonan walaupun secara fisik merupakan keraton terkecil di Cirebon, tetapi di dalamnya terdapat berbagai kekayaan budaya.

Yang menjadi pimpinan dari pada keraton adalah Sultan (kepala famili). Keraton Kacirebonan terlahir pada tanggal 13 Maret 1808, sebagai Raja pertama adalah Pangeran Raja Kanoman (Putra dari Sultan Kanoman IV).

Keraton Kacirebonan berasal dari Keraton Kanoman yang memisahkan diri akibat konflik dengan pemerintah kolonial Belanda. Upacara pernikahan di Keraton Kacirebonan diawali dengan lamaran. Lamaran ini dilakukan oleh pihak pengantin pria kepada orangtua mempelai puteri dengan disaksikan sesepuh. Pelaksanaan lamaran dilakukan seminggu sebelum hari pernikahan.

Ketika lamaran biasanya disertakan barang bawaan berupa perlengkapan pakaian wanita beserta perhiasan emas, perlengkapan dapur komplit, daun sirih, sejumlah uang tunai.

Lamaran mempunyai makna bahwa disitulah merupakan awal hidup seseorang untuk hidup secara mandiri. Sebelum acara akad nikah di Cirebon biasanya kedua mempelai diwajibkan melaksanakan siraman dirumah mempelai puteri.

Peralatan yang diperlukan dalam sesi ini di antaranya, guci keramik/jambangan keramik, berisikan air tujuh sumur/tasik, yang telah direndami pula dengan setangkai mayang (bunga pinang), daun andong hijau/andongmerah, daun puring dan bunga tujuh rupa, serta sebuah bangunan "cungkup".

Tujuan siraman bersama ini agar kedua belah pihak bisa saling memperhatikan apakah diantara kedua mempelai itu mempunyai tanda- tanda yang jelek. Pelaksanaan acara ini diberitahukan kepada pihak calon pengantin pria dengan cara mengirimkan 2 (dua) orang utusannya untuk menjemput calon pengantin pria.

Pelaksanaan siraman dilakukan oleh kedua mempelai, tetapi bukan mandi sendiri-sendiri, melainkan ada petugas khusus yang memandikannya.

Makna yang terkandung dalam prosesi siram tawan dari adalah untuk membuang seluruh noda, bisa racun/bisa dan penyakit, sehingga menimbulkan/melahirkan bentuk yang diinginkan, ialah suci bersih bagaikan gemilangnya cahaya kesucian itu.

Setelah prosesi siraman selesai, dilanjutkan dengan prosesi parasan pengantin. Parasan ini khusus untuk calon mempelai pengantin putri. Calon pengantin puteri diparas (dipotong) rambut, caranya oleh ahli rias rambut yang diatas dahi sedikit disisir kebawah dicukur atau digunting pendek sepanjang 2 cm. Selebar ukuran “ponian”, sedangkan rambut cethung di kanan kirinya dibiarkan terlebih dahulu.

Sedangkan rambut di atas dahi yang dipotong dinamai “parasan keteb”. Makna parasan pengantin adalah menunjukan kasih sayang terhadap istrinya dengan mencium bagian parasan (dahi) itu. Begitu pula sebaliknya sang isteri menunjukan kasih sayang terhadap suaminya.

Selanjutnya adalah akad nikah. Pada saat mempelai pria akan dinikahkan oleh penghulu, ibu dan bapaknya tidak diperkenankan menyaksikan acara ini.

Sebelum mempelai duduk di hadapan penghulu, pertama-tama keris mempelai pria harus dilepas (sebab keris pada jaman dahulu sama dengan wakil mempelai). Selanjutnya mempelai pria ini badannya ditutup dengan kain batik milik orang tua mempelai puteri (disebut robyong).

Duduknya mempelai pria harus dengan tikar baru, dan disebelah mempelai harus ada nasi tumpeng komplit dengan panggang ayam dan pisang raja. Ijab dan qabul, talaq dan taliq telah selesai dilaksanakan di depan penghulu, maskawinpun telah selesai dilaksanakan kemudian mempelai pria menandatangani surat nikah dan pada saat itulah mempelai puteri dipersilahkan keluar untuk membubuhi tanda tangan pada surat nikah.

Setelah akad nikah, kedua pengantin dipertemukan dalam prosesi panggih atau bertemunya kedua pengantin. Acara dilanjutkan dengan pelaksanaan upacara adat, catatan keris mempelai pria harus dilepas dahulu.

Biasanya dalam upacara panggih ini diikuti dengan prosesi yang lainnya. Seperti nincak endog, pug-pugan, sekul adep-adep. Proses nincak endog (menginjak telur) adalah mempelai pengantin pria menginjak telor diatas pipisan dilapisi dengan kain lapuk. Setelah selesai mempelai pengantin puteri membasuh kaki mempelai pria dengan air yang telah disediakan.

Makna nincak endog adalah bercampurnya kedua insan menjadi satu. Adapun acara pug-pugan adalah daun rumbia atau daun kelapa yang sudah tua di berikan ke ubun-ubun dua pengantin oleh ayah ibu masing-masing.

Maknanya adalah kedua orangtua memberikan doa supaya mereka hidup sejahtera sampai akhir hayat. Setelah selesai menerima pug-pugan, kedua mempelai pengantin selanjutnya makan nasi sekul adep-adep dengan lauk burung merpati, diambil burung merpati karena mempunyai arti agar kedua mempelai setia satu sama lain.

Maknanya mengambil dari sifat merpati jantan yang hanya memiliki satu pasangan merpati betina. Selesai prosesi, dilanjutkan Upacara ngunduh mantu yang dilakukan oleh pihak keluarga pengantin pria. Upacara ngunduh mantu yaitu pindahnya kedua mempelai dari rumah mempelai puteri ke rumah mempelai pria. Ngunduh mantu mempunyai makna bahwa kehidupan seorang anak wanita akan berpindah tanggung jawab dari kedua orangtuanya ke suaminya.