Liputan6.com, Padang - Masakan Padang dari ranah Minangkabau termasuk salah satu makanan yang sangat terkenal di Indonesia. Kuliner khas Sumatra Barat ini bahkan sudah tak asing lagi di lidah masyarakat Indonesia.
Masakan Padang juga mudah ditemukan di berbagai wilayah di Indonesia. Jika diperhatikan, hampir sebagian besar masakan Padang mengandung santan dan cabai yang tak sedikit, sehingga memiliki cita rasa pedas yang dominan.
Penggunaan kedua bahan tersebut memang menjadi kunci sajian untuk menciptakan kelezatan masakan. Rahasia ini juga yang membedakan masakan Padang dengan masakan dari daerah lain.
Advertisement
Baca Juga
Air perasan daging kelapa ini memberikan rasa gurih pada masakan. Menurut buku 'Kuliner Indonesia', ada 60 jenis makanan khas Minangkabau yang bersantan. Jumlah tersebut jauh lebih banyak dari masakan Aceh yang hanya memiliki 21 jenis makanan bersantan.
Dalam buku 'Dunia Maritim Pantai Barat Sumatra' karya sejarawan Gusti Asnan, pada abad ke-16, Sumatra Barat menjadi salah satu kawasan yang dilewati jalur perdagangan di pantai barat Sumatra. Kawasan ini menjadi persinggahan para pedagang dari India dan Timur Tengah
Seorang pengelana asal Portugis, Tome Pires mengatakan, ada kapal dari Gujarat, India, yang singgah di pantai-pantai Sumatra Barat, khususnya di Pelabuhan Pariaman dan Tiku (kini dikenal dengan nama Kabupaten Agam) pada abad ke-16. Mereka mendarat di kawasan ini untuk berdagang.
Para pedagang tersebut mayoritas membawa dan menjajakan rempah-rempah. Tak hanya berdagang, mereka juga menularkan kebiasaan memakan masakan kaya rempah, santan, dan cabai.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Pengaruh Kuliner India dan Timur Tengah
Tak heran jika masakan Padang mendapat pengaruh cukup besar dari kuliner India dan Timur Tengah. Sementara itu, perkebunan Sumatra Barat menghasilkan kelapa dan santan berkualitas tinggi. Ada berbagai jenis kelapa di wilayah tersebut, seperti kelapa Painan, kelapa Pariaman, kelapa Pasaman, dan lainnya.
Kandungan minyak dalam kelapa tersebut berbeda dengan kelapa dari daerah lain, sehingga olahan masakan Padang di daerah asalnya terasa berbeda dan lebih autentik. Selain santan yang terkenal menjadi bahan utama dalam masakan Sumatra Barat, ada pula penggunaan rempah-rempah yang sangat kuat, yakni pala, merica, dan lain sebagainya.
Sejarah di balik rasa pedas dalam masakan Padang telah dimulai sejak dulu. Minangkabau terbagi menjadi tiga daerah atau dikenal sebagai 'luhak nan tigo', yakni Luhak Agam, Luhak Limapuluh Kota, dan Luhak Tanah Datar.
Ketiga daerah tersebut merupakan daerah dataran tinggi atau darek yang diselimuti suhu dingin. Para penduduknya butuh makanan dan minuman yang hangat, sehingga mereka berinisiatif menggunakan cabai saat memasak untuk menghasilkan rasa masakan yang pedas.
Rasa pedas tersebut mampu meningkatkan suhu dan menghangatkan tubuh. Seiring berjalannya waktu, wilayah Minangkabau kian berkembang dan masyarakatnya mulai menyebar.
Beberapa masyarakat merantau ke daerah di luar luhak nan tigo. Namun, mereka masih terus memegang tradisi penggunaan cabai dalam masakan meskipun sudah tidak bermukim di daerah dataran tinggi. Dari sanalah identitas santan dan rasa pedas menjadi salah satu ciri khas masakan Padang.
Â
Penulis: Resla Aknaita Chak
Advertisement