Sukses

Seorang Gadis Kreator Banjarmasin, Berbagi Tidak Perlu Menunggu Kaya

Ada dua genre yang menjadi tema dari pembuatan konten-konten yakni #taketimetocare atau konten berbagi dan #sharehappiness atau konten di luar berbagi

Liputan6.com, Banjarmasin - Berawal dari kegemaran memotret aktivitas manusia, Rini (22) gadis Banjarmasin kini menyalurkan kegemarannya melalui media sosial. Tepat di tanggal 24 September 2022 lalu, awal mula mencoba mempublikasikan karya fotografinya yang dikemas apik dengan konten peduli sesama.

Sebelumnya karya foto hanya dipublikasi di platform media sosial Instagram sejak Tahun 2018. Kini, anak keempat dari lima bersaudara ini mencoba juga media sosial platform lainnya yakni Tiktok.

Hanya beberapa waktu, gadis Banjarmasin yang bekerja di salah satu perusahaan swasta ini telah meraup puluhan ribu pengikut. Akun instagram @my.diaryn 5.124 pengikut sedangkan di Tiktok mencapai 88 ribu lebih.

“Awalnya sekedar hobi street fotografi, saya suka memotret aktivitas orang-orang di jalanan dengan aktivitas yang beragam,” katanya, Jumat (17/2/2023).

Ada dua genre yang menjadi tema dari pembuatan konten-konten yakni #taketimetocare atau konten berbagi dan #sharehappiness atau konten di luar berbagi, seperti kegiatan di Banjarmasin. Kedua genre tersebut dilakukan dengan menyelipkan sisi fotografi di dalamnya.

Rini menyebutkan konten pertama memberikan kisah tersendiri dalam membuat karya. Konten pertama yang dibuat yakni hasil dari hunting (mencari) foto seorang perempuan paruh baya pedagang kue kering.

Selain memotret, dirinya juga membangun komunikasi dengan bercakap-cakap dengan penjual kue tersebut. Tidak hanya itu, ia juga memberikan sedekah berupa uang.

“Saat saya berbagi, beliau mendoakan saya dengan tulus akhirnya saya coba untuk membagikan pengalaman atau momen saya yang sempat saya rekam dan posting ke platform Tiktok,” cerita Rini.

Guna menyempurnakan karyanya, proses pengambilan bahan tidak hanya dari kumpulan foto-foto, namun juga beberapa video saat berkomunikasi. Karya pertama itu diambil di kawasan Pasar Sudimampir Banjarmasin.

Dalam proses hunting, Rini juga ditemani oleh dua atau tiga orang sahabat, sekaligus kadang bergantian sebagai kameramen. Bersama sahabat yang semuanya adalah perempuan membuat suasana di lapangan dirasa lebih cair.

“Alhamdulillah saya dikelilingi teman yang suportif, biasanya mereka juga membantu memberi masukan dari segi ide, konsep video, ibaratnya seperti mentor karena saya juga masih kreator pemula,” ujarnya.

Dia juga menyadari jika dirinya sebagai kreator pendatang baru, sehingga masih perlu banyak masukan agar hasilnya lebih maksimal. Kemudian pesan yang ingin disampaikan bisa dipahami oleh penonton.

Upload karya pertama itu, pada jam pertama masih sedikit penonton, namun saat malam hari video tersebut ramai dan memberikan respon positif terutama oleh netizen di Banjarmasin. Banyak diantaranya menyampaikan dengan komentar-komentar positif.

“Setelah itu, saya coba lagi untuk upload video, dan fyp lagi di Tiktok, dari situlah akhirnya saya memutuskan untuk coba konsisten upload video dengan tema street dan juga sosial,” lanjutnya

Adapun persiapan dalam proses pembuatan konten diawali dengan melakukan survei lokasi. Selain ke lokasi, informasi juga bisa didapatkan dari teman-teman atau bahkan dari komentar yang ada di konten sebelumnya.

Kemudian menyiapkan tiga kamera yakni untuk foto, video dan kamera langsung cetak. Adapun ketiga kamera tersebut untuk foto aktivitas masyarakat menggunakan kamera mirrorless dengan mode manual, kamera video menggunakan kamera action, dan kamera polaroid langsung cetak yang akan diberikan sebagai kenang-kenangan.

Pengambilan gambar juga dilakukan di waktu-waktu senggang atau di luar jam kerja. Tentunya sebelum atau sesudah kerja atau di hari libur.

Hingga saat ini postingan karya di Tiktok sebanyak 54 kiriman, sedangkan di Instagram ada 25 kiriman. Di antara karya yang telah diciptakan, Rini menceritakan salah satu karya yang memiliki kesan yang cukup memberikan banyak kesan.

“Semua konten yang pernah saya buat memiliki kesan dan pesannya tersendiri saat proses pembuatan, namun konten silaturahmi dengan seorang nenek 82 tahun yang sangat menginspirasi,” kata Rini.

Nenek itu adalah penjual lulur dan bedak dingin. Meskipun di usia senja beliau masih bersemangat bekerja dan tidak mau berdiam saja di rumah.

“Saat saya titipkan rezeki ke nenek, beliau sangat senang dan terus mendoakan saya sangat panjang, beliau hangat sekali dan sangat ramah sehingga membuat saya tersentuh, banyak sekali yang sayang dengan beliau, sebelum saya bersilaturahmi beliau juga sering dikasih rezeki sama orang-orang yang mampir bahkan pernah diumrohkan oleh bos minyak”.

Menjadi seorang kreator Banua, Rini bersama sahabat-sahabatnya memiliki prinsip tersendiri, selain berkarya mereka juga gemar berbagi sedekah kepada sesama. Mereka juga punya pemahaman terkait dengan aksi sedekah yang dilakukan bukanlah kegiatan yang menyombongkan diri.

“Awalnya saya ragu membuat konten dengan tema berbagi, karena takut dianggap riya atau pamer, namun berdasar jika sedekah itu ada dua jenis, sembunyi dan terang-terangan, jadi semuanya asalkan kita buatnya dengan hati, insya Allah akan sampai ke hati juga,” kata Rini.

Selain berlandaskan dengan prinsip bersedekah, dia juga memiliki semboyan yang mungkin bisa menjadi pesan moral kepada siapa saja, “seringkali saya dengar orang bilang untuk menunggu kaya dulu baru bisa berbagi, namun bagi saya berbagi tidak perlu menunggu kaya, justru dengan berbagi kita akan menjadi kaya,” petuah gadis Banjarmasin itu.

Simak juga video pilihan berikut: