Sukses

Jalan-Jalan ke Bromo Jangan Lupa Mampir ke Desa-Desa Wisata Penyangga

Ada sembilan desa wisata penyangga kawasan Bromo.

Liputan6.com, Jakarta - Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) adalah kawasan pegunungan di Jawa Timur berada di wilayah administratif Kabupaten Pasuruan, Malang, Lumajang dan Probolinggo. Taman seluas 50.276,3 hektare itu membentang dari barat ke timur sekitar 20-30 kilometer dan dari utara ke selatan 40 kilometer. 

TNBTS merupakan gabungan dari beberapa kawasan yang disatukan. Kawasan itu meliputi cagar alam, taman wisata, hutan produksi dan hutan lindung. Taman nasional ini selain menawarkan wisata alam juga menyajikan wisata budaya masyarakat Suku Tengger yang masih menjaga tradisi leluhur. Selain pariwisata, TNBTS dimanfaatkan pula untuk konservasi, penelitian, dan pendidikan. 

Dalam acara "Biannual Tourism Forum" yang digelar Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif pada 16-17 Februari 2023, sembilan desa wisata yang menjadi penyangga kawasan Bromo Tengger Semeru mengungkapkan rencana program pengembangan desa wisata mereka.

Sembilan desa penyangga TNBTS  berasal dari empat kabupaten sekitar yaitu Kabupaten Malang (Desa Wisata Jeru, Wringinanom dan Poncokusumo), Kabupaten Pasuruan (Desa Wisata Tosari, Podokoyo dan Wonokitri), Kabupaten Probolinggo (Desa Wisata Wonotoro dan Ngadisari) serta Kabupaten Lumajang (Desa Wisata Pasrujambe).

"Desa kami merupakan pintu masuk terakhir menuju kawasan Bromo dari Kabupaten Pasuruan. Dengan adat istiadat dan budaya Suku Tengger yang kuat, saat ini kami telah diizinkan untuk melakukan budi daya bunga Edelweiss yang merupakan tanaman endemik yang tumbuh di wilayah gunung dan dijaga serta dilindungi keberadaannya di kawasan Bromo Tengger Semeru," kata Pujawasista, penggerak Desa Wisata Wonokitri, Pasuruan, dilansir Antara.

Budi daya bunga yang bernama latin Anaphalis javanica itu sudah dimulai sejak tahun 2018. Bunga Edelweiss diasosiasikan dengan simbol cinta sejati karena bunga mampu mekar dan tidak akan layu dalam waktu yang cukup lama. Wisatawan dapat membawanya sebagai penanda kenangan dari Wonokitri.

Tidak jauh dari situ, masih di Kabupaten Pasuruan, terdapat pula Desa Wisata Podokoyo yang menawarkan paket wisata berbeda, melalui Bromo Fun Tracking, Program Live in dengan Warga dan Camping Ground.

"Ketiga aktivitas ini menjadi ikon desa kami. Podokoyo adalah desa pemegang juara pertama dalam bidang kerukunan beragama di Kabupaten Pasuruan, dan merupakan salah satu desa pemangku hutan di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru," kata Witono, penggerak wisata Desa Wisata Podokoyo.

Tak kalah menarik, Desa Wisata Wiringinanom, yang menjadi pintu masuk wisata kawasan Bromo dari wilayah Kabupaten Malang, kini telah memiliki delapan paket wisata mulai dari wisata edukasi, budaya dan petualangan dengan menawarkan 30 homestay.

"Dalam perjalanan menuju kawasan Bromo, wisatawan bisa singgah dan bermalam, sambil menikmati pengalaman wisata di desa. Terdapat wisata favorit river tubing melintasi Sungai Amprong dan agrowisata petik jeruk yang akan memberi pengalaman unik dan berbeda bagi wisatawan," kata Galuh, penggerak wisata Desa Wringinanom.

Para penggerak desa wisata penyangga Destinasi Prioritas Pariwisata (DPP) Bromo Tengger Semeru ini sangat antusias memaparkan program-program pengembangan pariwisata yang akan dijalankan melalui pendampingan yang dilakukan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif melalui Program Kampanye Sadar Wisata 5.0.

Program Kampanye Sadar Wisata 5.0 menjadi tema utama "Biannual Tourism Forum" yang mempertemukan penggerak desa wisata dengan para pemangku kepentingan, untuk membuka peluang kolaborasi dalam pengembangan desa wisata termasuk peluang dalam memperoleh akses pembiayaan.

Sejumlah pemangku kepentingan turut hadir dalam Biannual Tourism Forum seperti Platform Wisata dan Gaya Hidup - Traveloka, Asosiasi Travel Agent Indonesia, ExxonMobil Cepu Limited, PT PLN, CSR Forum Jawa Timur, Bank Mandiri, Universitas Bina Nusantara Malang, serta Kepala Dinas Pariwisata dari setiap kabupaten di wilayah Bromo - Tengger - Semeru.

Terdapat enam tahapan kegiatan dalam Program Kampanye Sadar Wisata 5.0 mulai dari Sosialisasi Sadar Wisata, Pelatihan, Penyusunan Proposal, Pendampingan, Penilaian dan Apresiasi bagi pelaku wisata.

Pada akhir Biannual Tourism Forum, para Kepala Desa dan local champion dari sembilan Desa Wisata menandatangani sebuah komitmen bersama untuk menyukseskan pelaksanaan program pengembangan desa yang dijalankan melalui Program Kampanye Sadar Wisata 5.0.

2 dari 2 halaman

Kampanye Sadar Wisata

Sementara itu, Deputi Bidang Sumber Daya dan Kelembagaan, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Martini M. Paham, saat membuka Biannual Tourism Forum, Kamis (16/2), mengatakan, di antara sekitar 7.200 Desa Wisata yang ada di Indonesia, telah terpilih desa-desa wisata yang menjadi sasaran pelaksanaan Kampanye Sadar Wisata 5.0.

"Program ini didukung sepenuhnya oleh Bank Dunia di tahun 2022 dan 2023, untuk itu desa-desa wisata terpilih harus dapat memanfaatkan dan memaksimalkan program ini dengan baik, sehingga program menjadi tepat sasaran dan tepat manfaat," kata Martini M. Paham atau yang akrab disapa Diah Paham ini.

Pariwisata adalah industri yang pertama kali terpuruk karena pandemi COVID-19, dan saat ini sektor pariwisata tengah bangkit kembali, "Kita harus bangkit bersama, lebih cepat, lebih kuat dengan mengedepankan adaptasi, inovasi dan kolaborasi," katanya.  

 Program Kampanye Sadar Wisata 5.0 diharapkan dapat meningkatkan pemahaman, pengetahuan serta keterampilan mengelola potensi desa wisata. Program ini bertujuan menjadikan pelaku pariwisata siap menjadi tuan rumah yang baik dalam menyambut kedatangan wisatawan.

Sementara itu, Direktur Pengembangan SDM Pariwisata, Kemenparekraf/Baparekraf, Florida Pardosi, menjelaskan tentang Program Kampanye Sadar Wisata 5.0 yang pelaksanaan tahun ini memasuki tahun kedua melalui Program Pembangunan Pariwisata Terintegrasi dan Berkelanjutan (P3TB) di 6 Destinasi Pariwisata Prioritas (DPP) di Indonesia yang meliputi Danau Toba, Borobudur - Yogyakarta - Prambanan, Bromo - Tengger - Semeru, Lombok, Labuan Bajo dan Wakatobi.

“Outcome dari kegiatan ini adalah berhasil melahirkan para local champion yang mampu menjaga keberlanjutan pengembangan desa wisata dan memberikan kesadaran bagi masyarakat desa wisata tentang pentingnya penerapan sapta pesona, pelayanan prima dan penerapan CHSE (Cleanliness, Health, Safety dan Environment Sustainability) di desa/kampung wisatanya,” kata Florida, memberi penekanan pada pentingnya membangun kolaboraksi seluruh unsur pentahelix dalam ekosistem pengembangan desa wisata.