Liputan6.com, Jakarta - Masyarakat Betawi dikenal memiliki beragam tradisi yang masih lestari hingga saat ini. Menariknya, tradisi Betawi selalu identik dengan kemeriahan petasan.
Petasan digunakan dalam berbagai acara adat Betawi, mulai dari pesta perkawinan, sunatan, hajatan haji, dan masih banyak lagi. Suara ledakan petasan selalu berhasil menambah kemeriahaan acara yang tengah berlangsung.
Namun, rupanya keberadaan petasan tak hanya berguna untuk memeriahkan sebuah acara. Petasan bagi masyarakat Betawi memiliki makna yang lebih mendalam.
Advertisement
Baca Juga
Dikutip dari laman senibudayabetawi.com, banyaknya petasan yang dinyalakan dalam satu hajatan bisa menunjukkan status sosial. Semakin banyak petasan yang digunakan dalam sebuah acara, semakin banyak pula pemilik hajat menerima pujian.
Tradisi riwayat petasan tak lepas dari pengaruh etnis Tionghoa yang tinggal di Batavia. Konon, petasan di daratan Cina biasa digunakan sebagai pengusir setan, jin, hingga iblis.
Menurut keyakinan etnis Tionghoa, wabah penyakit itu disebabkan oleh setan, iblis serta jin yang murka pada ulah manusia. Mereka berinisiatif mengusirnya dengan memukul benda-benda bersuara nyaring, seperti tambur hingga seng. Bunyi-bunyian itulah yang juga menginspirasi mereka untuk menciptakan petasan. Petasan bisa ditimpuk serta dilempar di berbagai tempat untuk menakut-nakuti setan.
Siapa sangka, tradisi ini masih terus dilanjutkan imigran Cina ke tanah Batavia. Kemudian, benda yang bisa meledak ini menjadi budaya masyarakat Betawi pada 1940 hingga 1950.