Liputan6.com, Garut - Pemerintah Daerah (Pemda) Garut, Jawa Barat menyiapkan posko 24 jam untuk menangani wabah difteri yang terjadi di Desa Sukahurip, Kecamatan Pangatikan.
“Yang difteri ini, terus kita tanggulangi,” ujar Wabup Garut Helmi Budiman, selepas kegiatan Festival 1.000 nasi liwet, di lapangan Otista Alun-alun Garut, Kamis (23/3/2023).
Menurutnya, sejak kasus difteri yang telah merenggut 7 warga Garut mengemuka, pemda Garut langsung bergerak cepat, melakukan penanggulangan mulai isolasi hingga perawatan terhadap pasien terjangkit.
Advertisement
“Pertama adalah pasien yang sudah positif tentu kita lakukan pengobatan dan isolasi itu dipisahkan,” kata dia.
Kemudian yang kontak erat, ujar dia, mendapatkan perlakukan swab untuk mengetahui apakah terjangkit difteri atau tidak. “Yang positif itu diisolasi dirawat, yang negatif dilakukan profilaksis atau berikan obat,” kata dia.
Untuk menghindari penyebaran wabah difteri, pemda Garut segera melakukan imunisasi massal yang di desa Sukahurip bagi warga berusia 2 bulan hingga 12-13 tahun.
“Kita juga menunggu konsultasi apakah harus satu kecamatan atau satu kabupaten tergantung Kemenkes dari pusat, tapi untuk satu desa sudah diputuskan oleh kita,” ujar dia memastikan.
Selain itu, Pemda Garut telah membuka posko 24 jam di puskesmas Pangatikan yang dikhususkan untuk menanggulangi wabah difteri.
“Kalau ada pasien dengan gejala panas, kemudian sakit menelan juga ada batuknya, ada sesaknya, kalau di tenggoroknya ada bercak-bercak segera lapor,” pinta dia.
Terakhir, bagi warga yang akan melaksanakan aktivitas keseharian, diimbau untuk menggunakan masker agar terlindung dari penyebaran penyakit menular tersebut.
“Kita sudah bergerak cepat dan tentu kita sarankan di sana untuk semua pakai masker kemudian juga gizinya, jadi dari berbagai aspek lah,” kata dia.
Hingga kini tercatat tujuh anak meninggal dunia akibat difteri ganas tersebut, sementara lima orang masih mendapatkan perawatan di rumah sakit umum daerah, Garut dengan kondisi yang terus membaik.