Sukses

Maestro Campursari Didi Kempot Dikenang Google Doodle, Begini Sejarahnya

Musik campursari Didi Kempot mengalami kebangkitan popularitas di kalangan generasi muda.

Liputan6.com, Yogyakarta - Wajah penyanyi legendaris Didi Kempot menghiasi Google Doodle pada Minggu (26/2/2023). Google doodle mengenang penyanyi legendaris dengan julukan Godfather of Broken heart kaena menciptakan ratusan karya selama tiga dekade berkarier di dunia musik.

Selain itu, pada 26 Febuari juga menjadi peringatan dua tahun Didi Kempot menerima Billboard Indonesia Lifetime Achievement Award. Didi Kempot dikenal sebagai mestro musik campursari Jawa.

Setidaknya, ada 700 lebih karya mestro bernama asli Didik Prasetyo yang masih digemari hingga saat ini. Terlebih musik campursari Didi Kempot mengalami kebangkitan popularitas di kalangan generasi muda.

Lalu bagaimana sejarah musik campursari yang didendangkan Didi Kempot?

Dikutip dari jurnal berjudul "Jejak Campursari" (2007) oleh Joko Wiyoso, musik campursari adalah perpaduan antara musik diatonis dengan musik pentatonis (gamelan). Sebagai informasi, jika nada diatonis terdiri dari 7 nada, nada pentatonis hanya punya 5 nada primer.

Musik campursari ini sudah mulai muncul pada era 1950-an. Para seniman RRI Semarang yang dimotori oleh RM Samsi pada tahun 1953 mencoba menggabungkan format musik keroncong dengan gamelan Jawa untuk menyajikan lagu-lagu langgam keroncong dan gending-gending Jawa.

Format itu lah yang mereka namakan campursari. Ternyata hasil karya itu lah merupakan awal mula munculnya musik campursari, sebagai sebuah genre musik baru di Indonesia.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

2 dari 2 halaman

Berlanjut pada 1980-an

Selanjutnya, jejak sejarah musik campursari berlanjut pada 1980-an. Kala itu, seniman asal Gunungkidul, Yogyakarta bernama Manthous melakukan eksperimen untuk mengenalkan lagu-lagu langgam Jawa ke dalam permainan musik keroncong maupun band.

Namun, upayan Manthous saat itu masih belum bisa membuahkan hasil. Baru lah pada 1993-an, beliau membuat gebrakan baru dengan mengubah frekuensi tunning gamelan disamakan dengan frekuensi nada diatonis internasional.

Tujuannya agar bisa menggabungkan instrumen musik keyboard menjadi bagian dari permainan musik ansambel atau orkestra gamelan. Manthous memainkan hasil karyanya bersama kelompok musiknya yang bernama Maju Lancar.

Musik ini mulai dikenal dan digemari masyarakat luas sekitar tahun 1999 hingga 2000-an. Dari sini lah kemudian sejarah musik campursari yang dikenal saat ini bermula.

Pada masa itu, era campursari sempat meredup. Penyebabnya yaitu kemunculan musik dangdut koplo yang lebih bisa mengakomodasi semua jenis lagu.

Musik koplo banyak memopulerkan lagu yang kurang dikenal hingga menjadi dikenal banyak orang. Baru setelah kemunculan Didi Kempot, musik campursari kembali populer.

Sang idola "Sobat Ambyar" ini pun akhirnya memasukkan unsur koplo ke dalam musiknya.