Sukses

Tetesan, Tradisi Khitan Anak Perempuan Jawa

Tetesan merupakan acara khitan khusus anak perempuan yang dilakukan masyarakat Yogyakarta pada masa dahulu.

Liputan6.com, Yogyakarta - Prosesi khitan atau sunat biasanya hanya dilakukan kepada anak laki-laki. Namun, ternyata ada juga sebuah tradisi sunat yang dilakukan kepada anak perempuan.

Tradisi tersebut adalah tetesan. Tetesan merupakan acara khitan khusus anak perempuan yang dilakukan masyarakat Yogyakarta pada masa dahulu.

Hampir sama seperti khitan pada anak laki-laki, tradisi tetesan juga merupakan tanda seorang anak perempuan telah memasuki masa dewasa. Namun, tradisi ini sudah sangat jarang ditemui di masyarakat biasa.

Hanya saja, di lingkungan keraton, tradisi ini masih dilakukan. Meski masih dilakukan, tetapi tradisi ini tidak digelar dengan upacara besar, apalagi terbuka untuk umum. Biasanya, acara tersebut hanya merupakan acara keluarga yang hanya dihadiri kalangan tertentu saja.

Adapun istilah tetesan diambil dari Bahasa Jawa 'tetes' yang berarti 'jadi'. Tetesan bermakna upacara yang diperuntukkan bagi anak perempuan yang sempurna dalam pertumbuhan menjelang usia dewasa, yaitu saat anak telah berusia delapan tahun atau sewindu.

Sementara, upacara tetesan di keraton, biasanya diadakan di Bangsal Pengapit yang terletak di selatan Dalem Prabayeksa. Acara tersebut umumnya dihadiri oleh kalangan tertentu, seperti garwa dalem, putra dalem, wayah, buyut, dan canggah. Pada emper bangsal pengapit juga terdapat tamu penting, yaitu abdi dalem bedaya, emban, amping, abdi dalem keparak berpangkat tumenggung, serta riya.

Dalam upacara tersebut, anak perempuan yang dikhitan akan mengenakan busana berupa nyamping cindhe. Adapun cindhe yang dipakai memiliki model sabukwa, lonthong kamus bludiran, cathok kupu, slepe, kalung ular subang gelang tretes, dan cincin tumenggul.

Prosesi tetesan biasanya ditangani oleh dukun. Dukun tersebut membawa beberapa peralatan berupa kunyit, kapas, dan sebilah pisau khusus untuk memotong sedikit bagian klitoris si anak perempuan.

 

Penulis: Resla Aknaita Chak

Saksikan video pilihan berikut ini: