Sukses

Seorang Santri Hilang Terserat Ombak Pantai Manulusu Garut

Keganasan ombak Pantai Manulusu, wilayah pantai Garut Selatan, Jawa Barat, kembali memakan korban.

Liputan6.com, Garut - Keganasan ombak Pantai Manulusu, wilayah pantai Garut Selatan, Jawa Barat, kembali memakan korban. Faris Maulana (19) seorang wisatawan asal Garut dinyatakan hilang terseret ombak pantai tersebut.

"Saya baru selesai apel gabungan untuk melanjutkan pencarian korban," ujar Kasat Polair Polres Garut Akp Anang Sonjaya, saat dikonfirmasi Senin (6/3/2023).

Menurutnya, sejak informasi mengenai terseretnya santri asal Kampung Pasuketan, Desa Banjarwangi, Kecamatan Banjarwangi, Kabupaten Garut di Pantai Manalusu beredar, tim gabungan setempat terus melakukan pencarian hingga petang kemarin.

"Ombak Pantai Manalusu masih pasang, sehingga pencarian hingga magrib kemarin terpaksa saya dihentikan sementara," kata dia.

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari beberapa saksi rekan korban, saat hari nahas berlangsung kemarin, korban bersama Malky (19) bersama Royan (16) dua rekan santri asal salah satu Pesantren di Bayongbong Garut, sedang berenang di bibir pantai kawasan Pantai Manalusu.

Namun tanpa diduga ketiganya, tiba-tiba ombak di sekitar pantai Manalusu naik hingga menyeret mereka. Beruntung dua rekan korban berhasil menyelamatkan diri, namun korban tidak sempat menyelamatkan diri.

"Kondisi temannya itu kemarin masih syok, namun sekarang berangsur sudah sehat, kemarin juga sudah komunikasi dengan saya," ujarnya.

Rencananya hari ini tim gabungan kembali melanjutkan pencarian terhadap korban di sekitar wilayah kejadian, termasuk menyisir sejumlah lokasi di area wilayah pantai selatan Garut.

"Kami dari tim Sar juga sering kasih himbauan, kalau orang luar jangan berenang di sini, jangan berenang di sini, sebab sekarang gelombang lumayan tinggi," kata dia.

2 dari 2 halaman

Gelombang Tinggi 6 Meter

Sementara itu, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengimbau masyarakat waspada gelombang tinggi hingga enam meter yang berpotensi terjadi di beberapa wilayah perairan Indonesia.

"Waspada gelombang tinggi hingga enam meter pada 6-7 Maret 2023," ujar Kepala Pusat Meteorologi Maritim BMKG Eko Prasetyo di Jakarta, Senin (6/3/2023).

Ia mengemukakan pola angin di wilayah Indonesia bagian utara dominan bergerak dari utara-timur laut dengan kecepatan angin berkisar 5-25 knot, sedangkan di wilayah Indonesia bagian selatan dominan bergerak dari barat daya-barat laut dengan kecepatan angin berkisar 5-25 knot.

"Kecepatan angin tertinggi terpantau di Laut Natuna Utara dan Laut Arafuru," katanya.

Kondisi tersebut, kata Eko Prasetyo, menyebabkan peningkatan gelombang setinggi 1,25-2,5 meter di perairan barat Pulau Simeulue-Kep. Mentawai, perairan Enggano-barat Lampung, Samudra Hindia Barat Sumatra-Selat Sunda bagian barat dan selatan, perairan selatan Banten-Pulau Sumba, Selat Bali-Lombok-Alas bagian selatan, Samudra Hindia Selatan Jawa-NTT, perairan Pulau Sawu, perairan selatan Kep. Anambas-Kepulauan Natuna, Laut Natuna, perairan timur Pulau Lingga-Pulau Bintan, perairan utara Pulau Bangka-Belitung.

Kondisi serupa juga berpotensi terjadi di Laut Jawa, perairan selatan Kalimantan, Selat Makasar bagian selatan, perairan Pulau Selayar-Sabalana, Laut Flores, Laut Banda, perairan Sermata-KepulauanTanimbar, perairan Kepulauan Sangihe-Kepulauan Talaud, Laut Maluku, perairan utara Kepulauan Sula, perairan barat dan timur Halmahera, Laut Halmahera, Laut Seram, perairan utara Papua Barat-Papua, Samudra Pasifik Utara Halmahera-Papua.

Untuk gelombang di kisaran lebih tinggi 2,50-4 meter berpeluang terjadi di perairan utara Kepulauan Anambas-Kepulauan Natuna, perairan selatan Kepulauan Aru, Laut Arafuru bagian tengah dan timur. Sedangkan, untuk gelombang yang sangat tinggi di kisaran 4-6 meter berpeluang terjadi di Laut Natuna Utara.

"Dimohon kepada masyarakat yang tinggal dan beraktivitas di pesisir sekitar area yang berpeluang terjadi gelombang tinggi agar tetap selalu waspada," kata Eko Prasetyo.