Sukses

Uniknya Kolaborasi Penari Lengger dengan ISSS, Meramu Sinyal dari Luar Angkasa lewat Mahkota

Nada dan suara yang terdengar diolah menjadi sebuah komposisi musik eksperimental.

Liputan6.com, Banyumas - ISSS (Indonesia Space Science Society) yang berpusat di Yogyakarta bekerja sama dengan Institut Teknologi Telkom (ITT) Purwokerto berkolaborasi lewat pagelaran seni dan teknologi dalam Peken Banyumas di Kota Lama Banyumas, Sabtu (25/2/2023).

Kolaborasi yang melibatkan penari Lengger Banyumasan dari komunitas Rumah Lengger Banyumas itu meramu sinyal dari luar angkasa yang ditangkap oleh DIY Radio Astronomy dengan alunan musik calung dan gamelan Lengger.

Sementara, kru dari ISSS yang terlibat adalah Yudianto Asmoro, Haryono, Arvianeutron, Benny Wicaksono, dan Arsita Pinandita yang juga merupakan salah satu Dosen Desain Komunikasi Visual IT Telkom Purwokerto.  Perhelatan bertajuk ‘Meramu Lengger Signal Angkasa’ ini juga merupakan peringatan Dies Natalis Ke-21 Institut Teknologi Telkom (ITT).

DIY Radio Astronomy adalah sebuah alat berupa antena yang dibangun khusus untuk mendeteksi frekuensi yang berasal dari luar planet Bumi dan diamplifikasi menjadi data. Kemudian data tersebut diolah menjadi berbagai nada secara analog. Nada dan suara yang terdengar diolah menjadi sebuah komposisi musik eksperimental.

Dalam pergelaran itu, Direktur ISSS Venzha Christ yang merupakan pegiat space art, menciptakan mahkota khusus yang dikenakan oleh para penari Lengger. Mahkota tersebut berupa antena yang akan memantulkan gelombang ultrasonik dan mengirimkan sinyal menuju DIY Radio Astronomy yang digantung dan terletak pada panggung utama.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

2 dari 2 halaman

Kirim Koordinat Posisi

Para penari tersebut mengirimkan koordinat posisi mereka berdiri dan perubahan koreografi gerakan menjadi sinyal secara bersamaan.

“Kolaborasi ini telah menyuguhkan sesuatu yang belum pernah ada disini sebelumnya, dan kami sangat bangga bisa menjadi bagian dari project unik ini,” ujar Venzha Christ.

Menurut Venzha, kolaborasi ini adalah awal yang menarik untuk bisa mengembangkan pembelajaran mengenal eksplorasi luar angkasa. Terlebih, Indonesia saat ini sangat membutuhkan peran aktif dari para komunitas dan institusi independen yang bergerak di bidang space science dan space exploration, mengingat sangat minimnya infrastruktur dan fasilitas dalam bidang ini yang bisa diakses oleh masyarakat secara luas.

“Peran universitas dan para akademisi adalah mutlak diperlukan untuk menjadikan besarnya minat dan potensi generasi muda terhadap seni, sains, dan teknologi menjadi nyata dan bisa menghasilkan karya-karya yang bisa diduplikasi dengan cepat dan bermanfaat bagi masyarakat serta perkembangan teknologi itu sendiri,” kata Venzha.