Liputan6.com, Palembang - Ziarah masih menjadi kegiatan penting bagi masyarakat, terutama masyarakat Muslim. Bahkan, ziarah telah menjadi tradisi bagi masyarakat Muslim saat menjelang bulan Ramadan.
Masyarakat Muslim di Palembang memiliki tradisi ziarah menjelang bulan Ramadan yang disebut dengan ziarah kubra. Ziarah ini dilakukan setiap akhir bulan Syakban atau menjelang bulan puasa.
Mengutip dari 'Ziarah Kubra di Palembang: antara Kesadaran Religi dan Potensi Ekonomi' oleh Firdaus Marbun, tradisi ini diikuti ribuan peserta yang semuanya laki-laki. Peserta ziarah ini tak hanya berasal dari masyarakat dalam negeri, tetapi juga dari luar negeri.
Advertisement
Baca Juga
Selain dijadikan sebagai tradisi keagamaan, ziarah kubra atau ziarah kubro juga sekaligus dijadikan sebagai potensi ekonomi dalam bidang pariwisata. Oleh sebab itu, tradisi ini masuk ke dalam kalender tahunan.
Sementara itu, tradisi ini muncul karena adanya komunitas Arab yang tinggal dan menetap di Kota Palembang. Tradisi ini dilakukan dengan mengunjungi makam.
Awalnya, tradisi ini merupakan kegiatan rutin yang hanya dilakukan oleh anggota keluarga saja yang lebih dikenal dengan sebutan ‘ruahan’. Namun, kini tradisi ini dilakukan oleh laki-laki dari semua kalangan.
Hubungan Kesultanan Palembang dan komunitas Arab yang sangat dekat cukup menguntungkan. Pemberian tanah wakaf oleh kesultanan telah mendorong keluarga keturunan Arab untuk memakamkan keluarganya di tempat tersebut.
Oleh sebab itu, banyak alim ulama yang dimakamkan di beberapa wilayah, seperti di Telaga Sewidak, Gubah Duku, Babussalam, dan Kambang Koci. Daerah tersebut terletak di Pelabuhan Boom Baru yang berdekatatan dengan pemakaman kesultanan Palembang di Kawah Tengkurep.
Pemakaman-pemakaman inilah yang selalu dikunjungi oleh para peziarah yang ingin melakukan tradisi ziarah kubra pada bulan-bulan Sya’ban setiap tahunnya. Sementara itu, tahun ini ziarah kubra akan berlangsung selama tiga hari, mulai dari 10-12 Maret 2023.
Â
Penulis: Resla Aknaita Chak