Sukses

Duh, Siswa SDIT di Palembang Dipukul dengan Gagang Sekop dan Dipiting Gurunya

Berdasarkan pengakuan sang ibunda, Lia Rosa, anaknya tersebut mengalami lebam di bagian pelipis mata kanan usai dipukul dengan gagang sekop oleh guru berinisial YD.

Liputan6.com, Jakarta - Aksi kekerasan terhadap siswa kembali terjadi. Kali ini korbannya adalah RA (11), siswa sebuah SDIT Al di Palembang.

Berdasarkan pengakuan sang ibunda, Lia Rosa, anaknya tersebut mengalami lebam di bagian pelipis mata kanan usai dipukul dengan gagang sekop sampah oleh gurunya.

Tindakan dugaan penganiayaan dari oknum guru yang juga menjabat sebagai kepala sekolah ini terjadi pada Kamis (9/3/2023) sekitar pukul 09.00 WIB.

“Saya lihat pelipis mata sebelah kanannya lebam dan langsung saya bawa berobat ke RS Muhammadiyah Palembang,” kata ibunda RA, Lia Rosa, Sabtu (11/3/2023).

Tak sekadar memberikan pengobatan kepada buah hatinya, Lia juga melaporkan peristiwa kekerasan tersebut ke pihak kepolisian setempat Jumat (10/3/2023) lalu.

"Saya berharap laporannya segera ditindaklanjuti oleh pihak kepolisian," ujarnya.

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

2 dari 2 halaman

Korban Trauma

Tindakan kekerasan yang dilakukan oleh guru di sekolah swasta yang terletak di Kecamatan Alang-Alang Lebar ini bermula ketika pemeriksaan kedisiplinan siswa di ruang kelas VI.

Lia menyebut saat itu anaknya memberitahu sang guru bahwa dia tak membawa mainan. Alih-alih percaya dengan jawabannya, guru tersebut malah mengayunkan gagang sekop sampah ke pelipis mata bocah kelas enam itu.

“Dari cerita anak saya, YD itu malah mengejarnya dan langsung memiting lehernya dengan tangan kanan,” jelas Lia.

Aksi kejar-kejaran itu pun terhenti saat beberapa guru lain memisahkan keduanya.

Seusai mengalami kejadian tak menyenangkan itu, Lia mengatakan anaknya kini mengalami trauma dan takut berangkat ke sekolah.

Sebelumnya, sang anak enggan menceritakan kejadian kekerasan itu kepadanya. Selain itu, Lia mengaku mengetahui tindakan kejam oknum guru itu dari orang tua teman sekelas anaknya.

“Saya berharap laporan saya ini segera diproses. Saya juga berencana menemui psikolog untuk menyembuhkan trauma anak saya,” ucap Lia.