Sukses

Kata 'Maneh' dan Rasa Bahasa, Saat Kritik ke Pejabat Berujung Pemecatan

Komentar yang ditulis Sabil dalam laman komentar akun Instagram Ridwan Kamil adalah, "Dalam zoom ini, maneh teh keur jadi sebagai gubernur, kader partai, atau pribadi ridwan kamil?"

Liputan6.com, Cirebon - Muhammad Sabil, seorang guru asal Cirebon yang dipecat dari sekolah setelah memberi komentar kritik di akun instagram Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mendapat sorotan banyak kalangan.

Salah satunya dari pegiat bahasa dan budaya Cirebon Akbarudin Sucipto. Diketahui, pemecatan Sabil dari SMK Telkom Cirebon lantaran melontarkan komentar kritik di akun Ridwan Kamil saat melakukan percakapan daring terhadap beberapa siswa SMP di Tasikmalaya yang urunan membeli sepatu untuk seorang teman kelasnya.

Adapun komentar yang ditulis Sabil dalam laman komentar akun Instagram Ridwan Kamil adalah, "Dalam zoom ini, maneh teh keur jadi sebagai gubernur, kader partai, atau pribadi ridwan kamil?" (Dalam zoom ini, anda sedang jadi gubernur, kader partai, atau pribadi Ridwan Kamil?".

Komentar tersebut sontak langsung mendapat reaksi negatif dari para netizen. Bahkan, Sabil mengaku banyak mendapat pesan DM di akun medsos instagramnya hingga berujung pemecatan.

"Menurut saya itu (kata Maneh) bukan berarti tidak sopan tinggal cara menilai itu sopan atau tidak dilihat kalimatnya, subjek predikat dan substansinya apa dan tergantung itikad baik sang penutur," ujar Akbarudin Sucipto saat dihubungi wartawan, Rabu (16/3/2023).

Menurut dia, penggunaan bahasa daerah atau bahasa ibu di manapun akan melahirkan dialek. Kemudian, dari dialek maka akan melahirkan idiolek artinya pelafalan bahasa yang lebih dalam lagi.

Oleh karena itu, lanjut Akbar, ketika disebut sebagai bahasa jawa dialek Cirebon. Tidak menutup kemungkinan ada bahasa Sunda dialek Cirebon.

"Penggunaan kata 'maneh' bagi orang Cirebon yang menggunakan bahasa Sunda itu satu hal yang dianggap biasa. Prinsip egaliterian di Cirebon itu masih terasa dari pilihan kata dalam berbahasa dan bertutur sering kali tidak menjadi persoalan. Dalam kesehariannya orang Cirebon juga sudah terbiasa dengan kata yang khas seperti 'Kirik', itu bisa jadi simbol persahabatan bisa juga simbol perumusuhan," kata Akbar.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Dialek Cirebon

Akbar menyebutkan, kata 'maneh' yang dituturkan terhadap masyarakat yang menggunakan bahasa Sunda dialek Cirebon masih bisa ditemukan di beberapa daerah.

Beberapa di antaranya yakni kawasan Greged, Sindang Laut dan Ciledug. Akbar mengatakan, masyarakat yang menggunakan bahasa Sunda dialek Cirebon dipandang tidak lazim bagi orang Sunda luar Cirebon seperti Sunda Bandung maupun Cianjur.

"Orang Sunda Dialek Cirebon sudah terbiasa bilang 'rek ka endi maneh' (mau kemana kamu). Jadi 'maneh' di Cirebon bukan lambang ketidaksopanan tapi wajar dilontarkan oleh orang yang kesehariannya tidak menggunakan bahasa Sunda," ujar dia.

Sementara itu, Muhammad Sabil mengaku penggunaan kata 'maneh' karena melihat sosok Ridwan Kamil yang dikenal supel dengan siapapun termasuk netizen.

Sosok Ridwan Kamil, kata dia, dikenal sebagai orang yang cepat akrab dengan follower. Ridwan Kamil pun sering membalas komentar warganet.

"Saya juga pernah ketemu dari waktu jadi Wali Kota Bandung dan memang sosoknya baik supel cepat akrab. Postingan saya di IG juga dikomentari sama beliau. Hanya saja di komentar saya berimbas buruk sampai saya dijapri oleh netizen dikata-katain kasar," ujar dia.

3 dari 3 halaman

Klarifikasi Ridwan Kamil

Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengklarifikasi kabar terkait guru di Cirebon yang dipecat dari sekolah gara-gara mengkritik dirinya. Ia mengaku kaget atas pemberhentian guru Cirebon tersebut.

"Menyikapi hadirnya berita bahwa ada guru SMK diberhentikan oleh yayasannya karena mengkritik saya, yang membuat saya juga kaget," kata Ridwan Kamil yang dikutip dari akun IG-nya, Rabu (15/3/2023).

Dalam klarifikasinya, Ridwan Kamil menegaskan bahwa dirinya tidak antikritik. Banyak kritik yang secara santun maupun kasar telah ia terima. Dan semua masukan itu ia tanggapi dengan santai.

"Seorang pemimpin harus terbuka terhadap kritik walaupun kadang disampaikan secara kasar. Sudah ribuan kritik masuk, dan selalu saya respon dengan santai dan biasa saja. Kadang ditanggapi dengan memberikan penjelasan ilmiah, kadang dibalas dengan bercanda saja," kata dia.

Kang Emil, begitu sapaan akrabnya, menengarai pemecatan guru tersebut diambil pihak sekolah untuk menjaga nama baik lembaga pendidikannya. Terlebih kritik yang guru tersebut disampaikan dengan cara yang kurang etis.

"Mungkin karena yang melakukannya posting kasar adalah seorang Guru, yang postingannya mungkin dilihat/ditiru oleh murid-muridnya, maka pihak sekolah/yayasan untuk menjaga nama baik insitusi memberikan tindakan tegas sesuai peraturan sekolah yang bersangkutan," kata dia.

"Karenanya setelah berita itu hadir, saya sudah mengontak sekolah/yayasan, agar yang bersangkutan untuk cukup dinasehati dan diingatkan saja, tidak perlu sampai diberhentikan," dia menambahkan.

Kang Emil mengingatkan masyarakat untuk bijaksana dalam menggunakan media sosial. Semua pihak harus memberikan edukasi penggunaan media sosial yang baik, agar generasi Indonesia dapat hidup dalam peradaban yang lebih mulia.

"Apapun itu, di era medsos tanpa sensor ini, Kewajiban kita para orangtua, guru dan pemimpin untuk terus saling nasehat-menasehati dalam kabaikan, kesabaran dan selalu bijak dalam bermedsos. Agar anak cucu kita bisa hidup dalam peradaban yang lebih mulia," ujar dia. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.