Liputan6.com, Yogyakarta - Yogyakarta menjadi salah satu tempat tujuan wisata yang populer di Indonesia. Tidak hanya wisata alam dan budaya, Yogyakarta juga memiliki beragam wisata religi yang menarik.
Ada berbagai tempat wisata religi yang dapat dikunjungi wisatawan, mulai dari masjid tertua hingga bangunan bersejarah. Wisatawan dapat berkunjung ke berbagai wisata religi di Yogyakarta untuk mencari ketenangan batin maupun mempelajari sejarahanya.
Dikutip dari laman jogjaprov.go.id, berikut tempat wisata religi Yogyakarta yang menarik untuk dikunjungi.
Advertisement
Baca Juga
1. Masjid Agung Kotagede
Masjid Agung Kotagede atau Masjid Mataram Kotagede mulai dibangun pada 1571-1601 atau pada masa pemerintahan Panembahan Senopati. Namun, beberapa sumber lainnya menyebutkan masjid ini dibangun Sri Sultan Hamengku Buwana I.
Hal ini, dapat dilihat dari prasasti berhuruf Arab dan berbahasa Jawa. Prasasti yang terdapat di masjid tersebut menerangkan bahwa masjid didirikan pada hari Ahad Kliwon tanggal 6 Rabiulakhir 1188 H atau 6 Rabiulakhir tahun Alip 1699 JW (pura trus winayang jalma).
Menurut tarikh masehi tanggal tersebut merupakan tanggal 27 Juni tahun 1773. Area masjid ini banyak berornamen Jawa seperti ukir-ukiran bermotif sulur daun.
Selain itu banyak pohon yang tumbuh diplataran masjid ini, sehingga suasana tempat bersejarah ini cukup sejuk. Di kompleks Masjid Agung Kotagede ini juga ditemukan area makam yang dikelola Keraton Solo dan Keraton Yogyakarta.
Di area makam ini ada lubang yang dipercaya masyarakat sekitar sebagai tempat masuk pemakaman Ki Ageng Mangir Wonoboyo, karena jenazahnya tidak diperkenankan masuk ke gapura. Sebab Ki Ageng Mangir merupakan musuh, tapi dalam keluarga diterima sebagai menantu Panembahan Senopati.
Masjid Agung Kotagede ini berlokasi di Desa Jagalan, Kecamatan Banguntapan, Bantul.
2. Masjid Gede Kauman
Masjid Raya Yogyakarta atau lebih dikenal sebagai Kagungan Dalem Masjid Gede Kauman ini merupakan bagian tak terpisahkan dari Kasultanan Yogyakarta. Masjid Gedhe Kauman menjadi pertanda Yogyakarta sebagai kerajaan Islam.
Masjid Gedhe Kauman ini didirikan pada 1773 Masehi. Pendirian tersebut ditandai dengan candra sengkala yang berbunyi Gapura Trus Winayang Jalma, sengkalan tersebut tertulis pada prasasti di serambi masjid.
Masjid Gedhe didirikan atas prakarsa Sri Sultan Hamengku Buwono I dan Kiai Fakih Ibrahim Diponingrat selaku penghulu keraton. Kemudian arsitek masjid dikerjakan Kiai Wiryokusumo.
Gaya arsitektur Masjid Gedhe ini mewarisi gaya Masjid Demak. Karakteristik utamanya ada di empat pilar utama yang dikenal dengan saka guru berbentuk tajug lambang teplok atau atap bersusun tiga.
Selain itu ciri khusus jika masjid ini merupakan milik Sultan yakni ada hiasan mahkota atau mustaka berbentuk bunga di puncak atap. Pada masa awal Kesultanan Yogyakarta, masjid ini juga dipergunakan sebagai tempat untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan hukum Islam, terutama masalah perkara perdata.
Pimpinan pengurus masjid adalah penghulu keraton yang berada di dalam struktur Abdi Dalem Pamethakan. Salah satu Abdi Dalem penghulu keraton yang pernah bertugas di masjid ini bernama Raden Ngabei Ngabdul Darwis, atau yang dikenal sebagai Kiai Haji Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah. Sebagai Khatib Amin, ia memiliki tiga tugas utama, yakni memberikan kotbah Jumat bergantian dengan delapan khatib yang lain, piket di serambi masjid, dan menjadi anggota Raad Agama Islam Hukum Keraton.
Â
Saksikan video pilihan berikut ini:
3. Masjid Pathok Negara
Masjid Pathok Negara merupakan masjid milik Kasultanan Yogyakarta yang dibangun di wilayah nagaragung. Masjid ini selain memiliki fungsi religius sebagai tempat ibadah, juga sebagai tempat pertahanan rakyat.
Masjid ini didirikan di daerah perdikan atau bebas pajak, tapi diwajibkan melakukan suatu tugas tertentu. Tugas tersebut yakni membantu penghulu hakim sebagai ketua Pengadilan Surambi dan bertanggung jawab terhadap masjid milik raja yang berada di daerah tempatnya bertugas.
Ada beberapa masjid Pathok Negara, yakni:
- Masjid Mlangi
Masjid Mlangi dibangun pada tahun 1723 atau sebelum Kasultanan Jogja berdiri. Penetapan Masjid Mlangi sebagai masjid Pathok Negara dan Desa Mlangi sebagai desa perdikan merupakan penghargaan Sultan HB I terhadap Raden Sandiyo atau Kiai Nur Iman sebagai kakaknya.
Di kompleks Masjid Mlangi pengunjung dapat berziarah ke makam patih pertama Keraton Yogyakarta yaitu Patih Danureja I yang meninggal pada 1799. Masjid Mlangi sekarang terletak di Dusun Mlangi, Desa Nogotirto, Gamping, Sleman dan dikenal sebagai Masjid Jami' Mlangi.
- Masjid Ploso Kuning
Masjid Ploso Kuning diperkirakan dibangun setelah tahun 1724. Sejarah pendiriannya berkaitan erat dengan Kiai Mursodo (putra Kiai Nur Iman). Masjid Ploso Kuning terletak di Dusun Ploso Kuning, Desa Minomartani, Kecamatan Ngaglik, Sleman.
- Masjid Dongkelan
Masjid Dongkelan ini berdiri berkat peran Kiai Syihabudin I yang berhasil mengusir pemberontakan Raden Mas Said dari wilayah Keraton Yogyakarta setelah Perjanjian Giyanti. Atas jasanya itu, Sultan HB I menganugerahi Kiai Syihabudin I tanah perdikan dan memerintahkannya untuk mendirikan masjid.
Kiai Syihabudin I pun diangkat menjadi Abdi Dalem Pathok Negara. Masjid Dongkelan pun diperkirakan dibangun setelah Perjanjian Salatiga tahun 1757.
Masjid Dongkelan beralamat di Kauman, Desa Tirtonirmolo, Kecamatan Kasihan, Bantul.
- Masjid Babadan
Masjid ini dibangun pada 1774, pada masa pemerintahan Sri Sultan HB I. Pada masa penjajahan Jepang (1942-1945), Babadan pernah direncanakan menjadi tempat gudang senjata untuk keperluan perang.
Oleh karena itu, masyarakat Babadan banyak yang pindah ke arah utara menuju Kentungan, termasuk memindahkan masjid Babadan. Rencana Jepang untuk menjadikan Babadan sebagai pusat penyimpanan amunisi batal, sehingga masyarakat kembali ke Babadan dan membangun masjidnya lagi.
Masjid Babadan berada di Kampung Kauman Babadan, Desa Banguntapan, Kecamatan Banguntapan, Bantul.
- Masjid Wonokromo
Masjid Wonokromo ini merupakan satu-satunya masjid yang semula tidak berstatus Pathok Negara. Sebab, masjid ini merupakan perluasan dari Masjid Babadan.
Masjid Wonokromo didirikan di Desa Wonokromo, sebuah desa perdikan yang diberikan Sultan HB I kepada Kiai Haji Muhammad Fakih atau Kiai Welit. Kiai Haji Muhammad Fakih adalah guru sekaligus kakak ipar Sultan Hamengku Buwana I.
Masjid Wonokromo ini tidak didirikan pada masa pemerintahan Sultan Hamengku Buwono I. Pembangunannya berlangsung pada masa pemerintahan Sultan Hamengku Buwono IV.
Â
Advertisement
Kampung Jogokariyan
4. Kampung Jogokariyan
Kampung Jogokariyan dan Masjid Jogokariyan menjadi salah satu kampung Ramadan yang ramai di Yogyakarta. Lokasinya yang dekat dengan Yayasan Pondok Pesantren Krapyak.
Kampung Jogokariyan akan semakin meriah saat bulan Ramadan. Masjid ini selalu menyediakan sekitar 1.500 porsi buka puasa setiap harinya.
Selain makanan dari Masjid, pengunjung juga bisa menikmati jajanan di kampung Jogokariyan untuk takjil tambahan. Selain itu, kampung Jogokariyan juga mengadakan tarawih bersama, pentas nasyid, dan banyak program menarik lainnya.
5. Makam Syekh Jumadil Kubro Turgo Merapi
Makam ziarah Syekh Jumadil Kubro berada di Bukit Turgo, Komplek Gunung Merapi. Lokasinya cukup unik karena berada di dataran tinggi.
Selain berdoa dan berziarah, pengunjung juga bisa menikmati view Merapi dari pemakaman. Banyak pelancong serta peziarah yang datang untuk mendoakan Syekh Jumadil Kubro.
Syekh Jumadil Kubro adalah nenek moyang para wali di Pulau Jawa dengan nama asli Sayyid Jamaluddin Al Husaini Al Kabir. Ia dikebumikan di dataran tinggi yang orang dulu anggap sebagai tempat menepi atau tempat bermunajat kepada Tuhan.