Sukses

5 Tradisi Masyarakat Banjar Sambut Ramadhan, Salah Satunya Bacahar Perut, Apa Itu?

Warga Banjarmasin punya 5 tradisi yang kerap dilakukan menjelang datangnya bulan Ramadhan.

Liputan6.com, Banjarmasin Bulan Suci Ramadhan 1444 Hijriah di depan mata, berbagai aktivitas kebiasaan masyarakat Kalimantan Selatan dilakukan untuk menyambutnya. Lima kebiasaan kerap dijumpai di beberapa wilayah Kalsel.

Lima tradisi yang khas dilakukan oleh masyarakat Kalsel itu yakni Tradisi Menabung atau Arisan, Tradisi Bersih-Bersih Tempat Ibadah, Tradisi Ziarah ke Makam Keluarga atau Ulama, Tradisi Bacahar Parut, dan Tradisi Pasar Wadai.

“Kalau pasar wadai sangat terasa dan dapat dijumpai di mana-mana, ada yang dilakukan oleh masyarakat ada juga yang difasilitasi oleh masyarakat,” ujar Sitti Maryam, Rabu (22/3/2023).

Warga Banjarmasin ini juga menjelaskan kehadiran pasar wadai tidak hanya sebagai sarana jajan untuk berbuka puasa. Selain itu, juga sebagai kesempatan untuk menunggu waktu berbuka atau ngabuburit sambil menikmati keramaian dan pemandangan di sekitar pasar wadai.

Berikut penjelasan Lima tradisi tersebut;

1. Tradisi Menabung atau Arisan

Masyarakat Banjar biasanya akan membuka tabungan selama sebelas bulan sebelumnya untuk kebutuhan Ramadan sebulan ke depan.

Selain membuka tabungan, ada pula warga yang mencabut arisan beberapa hari sebelum Ramadan setelah berputar selama sebelas bulan. Arisan itu bisa berupa uang atau sembako.

2. Tradisi Bersih-Bersih Tempat Ibadah

Ini juga dilakukan oleh masyarakat sebelum masuk bulan Ramadan, selain rumah sendiri, tempat-tempat ibadah seperti masjid dan langgar juga dibersihkan secara gotong-royong.

Bersih-bersih dilakukan di dalam lingkungan tempat ibadah termasuk kelengkapan sarana dan prasarananya, seperti membersihkan dan mencuci ambal, sajadah dan kain pashafan.

Bahkan ada pula yang kesemuanya diganti baru. Termasuk juga membersihkan lantai dengan disapu dan dinding dengan disiram, dilap, atau dicat baru, baik dengan warna sama maupun dengan warna yang berbeda.

Selain kegiatan bersih-bersih ini, bisa juga sambil menambah aksesoris untuk memperindah tempat ibadah, misalnya lampu seri, lampu hias atau hiasan kaligrafi dan spanduk-spanduk berisi imbauan agar menghormati orang yang berpuasa atau anjuran bersedekah untuk orang-orang yang berbuka.

3. Tradisi Ziarah ke Makam Keluarga atau Ulama

Ini sudah menjadi kebiasaan masyarakat Banjar sebelum memasuki bulan Ramadan, mereka beramai-ramai baik secara perorangan maupun rombongan untuk ziarah ke makam keluarganya atau ulama yang dihormati untuk tabur bunga, mendoakan dan membersihkan makam dari rumput-rumput liar.

Ziarah ini bisa dikatakan sebagai tanda kebaktian seorang anak kepada orangtua atau keluarganya yang sudah meninggal dunia baik baru maupun lama.

Juga sebagai tanda hormat murid kepada gurunya yang telah tiada demi tetap tersambungnya silaturahmi ruhaniyah di antara mereka, karena warga Banjar percaya bahwa yang mati itu hanya jasad sedangkan ruh masih hidup untuk selama-lamanya.

4. Tradisi Bacahar Parut

Aktivitas ini menjelang datangnya Ramadan, biasanya masyarakat Banjar, terutama para Tuan Guru dan keluarganya melakukan “pencaharan” atau pembersihan perut dari kotoran sisa makanan dan minuman yang dikonsumsi selama sebelas bulan silam.

Mereka melakukan pencaharan bisa dengan pengobatan tradisional seperti Begurah yang memasukkan jeruk nipis atau rabukan sahang ke dalam hidung hingga dalam, kemudian beberapa waktu akan memuntahkan ke mulut banyak lendir dan sisa makanan yang bersemayam lama di dalam perut.

Ini bisa pula dilakukan secara medis dengan meminum obat broklak berwarna coklat, diminum lewat mulut hingga tak berapa lama akan keluar dari perut lewat buang air besar yang cair dan dalam jumlah banyak.

Lewat tradisi Bacahar Parut ini, maka perut akan terasa menjadi kosong dan ringan, bebas dari kotoran, ampas dari makanan dan minuman yang ada sehingga saat memasuki ibadah puasa sudah dalam keadaan baru dan siap menerima makanan dan minuman yang baru pula selama bulan Ramadan.

5. Tradisi Pasar Wadai (kue)

Sebenarnya ini telah tumbuh dan berkembang sejak Banjarmasin dikenal sebagai Kota Sungai, di mana sungai sebagai lalu lintas pelayaran tapi juga sebagai jalan raya perdagangan.

Ketika bermunculan pasar terapung saat itu, bisa dipastikan di dalamnya ketika menjelang Ramadan terdapat Pasar Wadai.

Adapun wadai yang diperjualbelikan kebanyakannya wadai langka yang munculnya tahunan, dan hanya ada di bulan Ramadan. Wadai-wadai tersebut seperti Wadai Lapis, Amparan Tatak Pisang, Puteri Selat, Sarimuka, Kakaraban, Lapis Panganten dan lain-lain.

Adapun lima itu disebut tradisi yang dilakukan untuk menyambut dengan rasa suka cita, dapat dipertemukan kembali dengan bulan yang penuh berkah dan ampunan.

Tradisi Poin Lima, Pemerintah Kota Banjarmasin dan Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan masing-masing menggelar Pasar Wadai, Pemko Banjarmasin di jalan Piere Tendean (Menara Pandang) sedangakan Pemprov Kalsel di jalan Jenderal Sudirman (Depan Korem 101/Antasari sampai depan eks Kantor Gubernur).