Sukses

Kain Air Guci, Kain Tradisional Banjar yang Eksistensinya Kian Pudar

Masyarakat Banjar Kuala biasa menyebut kain ini dengan julukan erguci.

Liputan6.com, Banjarmasin - Kain air guci merupakan dekorasi hiasan dinding yang terbuat dari kain beludru. Biasanya, kain ini digunakan dalam sebuah pesta, salah satunya perkawinan di Kalimantan Selatan.

Masyarakat Banjar Kuala biasa menyebut kain ini dengan julukan erguci. Kain tebal ini umumnya berukuran 2 meter dan tinggi 1,5 meter.

Dalam acara pernikahan, kain ini digunakan sebagai latar belakang patataian (pelaminan). Menurut kepercayaan masyarakat Banjar, kain air guci telah ada sejak lama, yakni sejak zaman pakaian pengantin Banjar bagajah gamuling hingga berkembang menjadi pakaian adat Banjar baamar galung pancar matahari.

Mengutip dari warisanbudaya.kemdikbud.go.id, kain ini merupakan kain persegi panjang yang terbagi atas beberapa lajur dan kolom yang bersifat tradisional. Dua baris lajur bagian atas disebut dahi dinding air guci dan pembapang atas, sedangkan dua lajur di bagian bawah disebut pambapang bawah dan batis dinding air guci.

Adapun kolom kiri kain air guci disebut punca kiwa luar dan punca kiwa dalam, sementara kolom kanan disebut punca kanan luar dan punca kanan dalam. Pada bagian tengah kain disebut patangahan.

Setiap lajur dan kolom tersebut ditandai dengan garis lurus. Sementara itu, ornamen dalam patangahan biasanya mengambil motif kambang dalam jambangan, motif sisik tranggiling, atau hiris gagatas.

Hiasan pada lajur dahi dan batis umumnya menggunakan motif kangkung kaumbakan, sementara pambapang atas dan bawah menggunakan motif sulur-suluran atau tatanaman malayap. Adapun motif pada punca kiwa luar dan punca kanan luar adalah pucuk rebung dan bintang batabur, sedangkan hiasan pada punca kiwa dalam dan punca kanan menggunakan motif kangkung kaumbakan atau kambang malancar.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

2 dari 2 halaman

Beludru

Kain ini menggunakan bahan pokok kain beludru dengan warna dasar merah tua, biru kehitaman, atau hijau tua. Masing-masing warna tersebut juga memiliki makna berbeda.

Merah dimaknai sebagai keberanian dalam kebenaran, biru berarti kedalaman, dan hijau bermakna kesuburan. Garis pembatas antara lajur, kolom, maupun motif terdiri dari susunan kepingan-kepingan tipis Air Guci yang membentuk garis dan gambar. Umumnya kepingan tersebut berwarna kuning dan putih yang bermakna agung dan suci.

Perlahan, kesakralan kain air guci semakin pudar. Namun, masyarakat masih tetap berupaya mempertahankan kain tradisional ini.

Kini, kain air guci menjadi produk cendera mata andalan Kabupaten Banjar. Tak hanya sebagai hiasan, kain ini juga bisa digunakan sebagai pakaian.

Selain itu, kain ini pun mulai dipasarkan melalui media online. Tujuannya untuk lebih memperkenalkan secara luas keunikan motif kain khas Kerajaan Banjar ini.

 

Penulis: Resla Aknaita Chak