Liputan6.com, Papua - Perjalanan sepak bola Papua sejak dari dulu selalu menghasilkan bibit atau talenta terbaik. Tak sedikit pemain sepak bola Indonesia berasa dari Papua, seperti Osvaldo haay, Terens Puhiri, Patrich Wanggai, Titus Bona, Boaz Solossa dan masih banyak lainnya.
Hal itu tak terlepas dengan adanya sepak bola pembinaan usia dini, SSB, dan juga akademi sepak bola di sana. Sehingga potensi tersebut bisa tersalurkan dengan baik, dan tak sedikit dari mereka juga mewakili skuad Timnas Indonesia.
Salah satu pembinaan sepak bola usia muda adalah Papua Football Academy (PFA), suatu wadah yang merupakan inisiasi dan salah satu komitmen investasi PT Freeport Indonesia dalam upaya mengembangkansumber daya sepak bola Papua. Bahkan, PFA memiliki fasilitas Mimika Sport Complex (MSC).
Advertisement
Baca Juga
Pembinaan tersebut juga memiliki gedung olah raga sebagai lapangan dalam ruangan, hingga lapangan sepak bola yang memang disediakan untuk mereka berlatih sekaligus bertanding. PFA memiliki sistem seleksi dalam penerimaan siswa didiknya beasiswa untuk anak yang berprestasi.
Meski akademi tersebut baru diresmikan oleh Presiden Joko Widodo 7 bulan lalu, namun kegiatan dan konsep pembinaan sepak bolanya patut diacungkan jempol, lantaran mereka sudah beberapa kali melakukan latih tanding atau ujicoba untuk menjajal kemampuan mereka di luar Pulau Papua. Seperti yang telah mereka lakukan ketika mereka menjalani ujicoba di Bali.
Â
Saksikan Video Pilihan Ini:
Anak-anak Bibit Unggul
Bukan hanya ingin menjajal kemampuan anak-anak PFA, tim pelatih juga mengharapkan mereka memiliki pemahaman tentang budaya di luar Papua, sekaligus refreshing agar anak asuh mereka tidak mengalami kejenuhan.
Tak tanggung-tanggung Papua Footbal Academy yang diresmikan bertepatan dalam ajang Pekan Olahraga Nasional (PON) itu, pada 11 Februari hingga 13 Maret 2023 lalu baru saja menjalani 'PFA Java Tour'.
Mereka mengikuti salah satu ajang sepak bola pembinaan usia muda bergengsi di Mojokerto, dan menjalani latih tanding di beberapa daerah seperti Kota Batu, Malang, dan Yogyakarta.
Program Officier PFA, Rizky Aidi kepada Liputan6.com bercerita PFA memiliki strategi khusus untuk menjaga semangat anak-anak didiknya untuk tetap antusias dengan sepakbola di Papua. Ia menyebut PFA mengimplementasikan salah satu program dari FIFA, sekaligus mengasah kemampuan sepak bola melalui pelatihan dan disiplin.
Tak hanya itu, Rizky mengaku anak-anak didik PFA juga mendapat pembekalan pendidikan formal dengan menggunakan sistem mereka belajar, dan pembinaan karakter untuk melahirkan pesepakbola dari Papua yang memiliki talenta dan karakter yang unggul.
"Kalau untuk menjaga antusias anak-anak Papua dalam penyaluran bakat dan minat sepak bola, kita punya panduan tentang perlindungan anak yang diadopsi dari FIFA Children Safe Guarding, intinya menjaga happiness anak-anak untuk tetap tumbuh bersama dalam segala fase menuju dewasa," kata Rizky Aidi, Sabtu (25/3/2023).
Menurutnya, dengan mengadopsi FIFA Children Safe Guarding, pihaknya ingin memberikan kebahagian melalui sepak bola pembinaan usia dini atau muda khususnya anak-anak Papua. Ia mengaku sepak bola bisa dijadikan ajang olahraga aman sebagai bagian dari upaya yang lebih luas dalam melindungi hak asasi manusia.
Rizky melanjutkan PFA sebagai ajang anak-anak Papua meyalurkan bakat dan cita-citanya menjadi seorang pemain sepak bola profesional. Hal itu seperti yang sudah dijalani oleh mereka yang sudah leih dulu terjun dalam dunia sepak bola Indonesia.
"Antusias anak-anak di sini sangat luar biasa, menjaring bibit-bibit atlet untuk meneruskan jejak mereka yang sudah lebih dulu berkarier dalam sepak bola tingkat nasional ataupun internasional," tutur dia.
Pembinaan sepak bola PFA juga sebagai cara perlindungana anak sesuai dengan misi FIFA sebagai promosi sepak bola, melindungi integritas dan membawa permainan untuk semua. "Membuat anak-anak ini merasa aman dan nyaman itu tidak mudah, makanya kita mengadopsi campaign FIFA. Kita membuat sepak bola semakin global," ucapnya.
Seementara itu, PFA dipimpin langsung oleh juru racik asal Austria, bernama Wolfgang Pikal ia adalah asisten pelatih pada masa Alfred Riedl di AFF 2010 silam. Ketertarikan Wolfgang dengan sepak bola Papua khususnya bakat anak-anak di sana sudah ia rasakan sejak dulu ketika ia masih menjabat sebagai assisten pelatih Timnas.
Tim kepelatihan PFA lainnya juga tak kalah bagus, diisi para pelatih terbaik asal Papua tak terkecuali mantan pemain Persipura Jayapura sebagai tim kepelatihan kepala PFA, Ardiles Rumbiak. Dan tokoh-tokoh yang konsisten dalam perkembangan sepak bola, khususnya di Indonesia dan Papua.
Advertisement