Sukses

Serunya Ngabuburit Sambil Berburu Takjil di Pasar Terapung Sawah Lukis Binjai

Ada yang baru di Sawah Lukis. Kini, salah satu lokasi wisata di Kota Binjai, Sumatera Utara (Sumut) ini menghadirkan pasar terapung, yang tentunya menjadi salah satu spot pilihan untuk ngabuburit di bulan suci Ramadan 1444 Hijriah kali ini.

Liputan6.com, Binjai Ada yang baru di Sawah Lukis. Kini, salah satu lokasi wisata di Kota Binjai, Sumatera Utara (Sumut) ini menghadirkan pasar terapung, yang tentunya menjadi salah satu spot pilihan untuk ngabuburit di bulan suci Ramadan 1444 Hijriah kali ini.

Sawah Lukis terletak di Gang San Asmat, Desa Cengkeh Turi, Kecamatan Binjai Utara. Jarak ke lokasi ini dari Kota Binjai hanya sekitar 8 Kilometer (Km) dengan waktu tempuh 15 menit. Jika dari Kota Medan, waktu tempuh berkisar 1 jam.

Founder Sawah Lukis, Ahmadi mengatakan, pasar terapung yang dihadirkan adalah berjualan takjil di atas perahu. Penjualnya adalah para pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang berasal dari sekitar Sawah Lukis. Ada yang berjualan langsung, dan ada juga yang hanya menitipkan produknya.

"Nah, ada juga para pelaku UMKM dari kalangan ibu rumah tangga, dan menitipkan dagangannya di kita tanpa sewa," kata Ahmadi kepada Liputan6.com, Sabtu, 25 Maret 2023.

Pasar terapung Sawah Lukis mulai diadakan pada awal Ramadan hingga hari ke-29 Ramadan nantinya. Dihadirkannya pasar terapung untuk menggeliatkan lagi kawasan tersebut, serta untuk meramaikan kawasan paling ujung Kota Binjai tersebut.

Diungkapkan Ahmadi, antusias masyarakat dari hari pertama sampai hari ketiga Ramadan 1444 Hijriah, penjualan di pasar terapung semakin bertumbuh. Terlihat dari jumlah dagangan yang terjual, juga ramainya masyarakat yang datang untuk berburu takjil sambil ngabuburit.

"Kita akan terus menambah UMKM-UMKM lain yang mempunyai produk unik, dan bisa menjadi daya tarik untuk pasar terapung," ungkapnya.

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

2 dari 4 halaman

Klaim Pertama di Sumut

Diterangkan Ahmadi, harapannya ke depan, produk-produk milik UMKM bisa di-repeat order oleh pembelinya karena unik. Di pasar terapung ini, pelaku UMKM boleh meletakan nomor telepon, label, dan sebagainya.

"Supaya UMKM yang sekarang bergabung bisa mendapatkan pasar lebih luas," ujarnya.

Ahmadi juga menyampaikan alasan lain menghadirkan pasar terapung di Sawah Lukis, karena belum ada di Sumut. Selain orang ingin mencari kebutuhan berbuka, juga sekalian jalan-jalan sore bersama keluarga, dan pulangnya bawa takjil.

"Perahunya bisa dinaiki, dengan catatan harus ada orang yang memegangi agar tidak goyang. Bisa berjalan, dan didayung, seperti perahu biasa. Bisa untuk enam orang dewasa," sebutnya.

3 dari 4 halaman

Jajanan Tradisional

Di pasar terapung Sawah Lukis, jajanan yang dijual utamanya adalah takjil. Ahmadi menegaskan, pihaknya sangat mengutamakan kue-kue tradisional, ada yang khas Aceh, Melayu, Jawa. Rincian harga paling murah mulai Rp 1.000, dan paling mahal Rp 10.000. Buka mulai pukul 16.00 WIB sampai waktu berbuka puasa tiba.

"Kita juga menawarkan berbagai spot-spot menarik di sini bagi yang mau ngabuburit sambil menunggu buka puasa," Ahmadi menuturkan.

Pasar terapung di Sawah Lukis bisa dibilang membawa berkah bagi pelaku UMKM. Sebab, mereka tidak dipungut biaya dan hanya patungan untuk membayar pekerja yang berada di atas perahu untuk berjualan. Dengan istilah gaji bersama.

"Para pekerja di atas perahu merupakan anak-anak sekolah yang sedang Praktik Kerja Lapangan atau PKL di Sawah Lukis. Inilah Ramadan membawa berkah," Ahmadi berujar.

4 dari 4 halaman

Ada Menu Thailand

Disinggung soal ada menu Thailand yang dijajakan di pasar terapung, Ahmadi mengaku ide awal pasar terapung Sawah Lukis dari Thailand. Karena floating market ini pertama kali dikenalkan di Thailand, meski di Indonesia ada di Kalimantan Selatan, di Martapura. Tapi, yang viral di dunia adalah di Thailand.

"Seperti floating market di Bangkok, Hat Yai. Orang-orang Indonesia kalau ke Thailand, pasti mengunjungi floating market atau pasar terapung. Maka, kita hadirkan menu-menu yang seperti ada di floating market Thailand, seperti sticky rice," tandasnya.