Liputan6.com, Jakarta - Fenomena konten yang merebak di masyarakat mulai menjurus ke hal-hal yang meresahkan, terlebih ketika pembuatan konten tersebut menyalahi norma-norma sosial yang hidup di masyarakat. Bahkan tak jarang seorang pembuat konten menghalalakan segala cara demi keuntungan pribadi semata.
Wakil Katib Syuriah PWNU DKI Jakarta Dr. Taufik Damas menilai banyak konten yang sebenarnya tidak perlu dibuat seperti konten yang memperlihatkan kebaikan dari si pembuat konten. Hal itu tentu saja akan membawa sang pembuat konten kepada kemudharatan karena dinilai menjual kesedihan orang semata.
Baca Juga
Ia menyampaikan hal itu dalam serial ‘Lenong Menunggu Buka Puasa 2023’ bertajuk Demi konten, gak makan! yang ditayangkan oleh akun Youtube BKN PDI Perjuangan menjelang berbuka puasa, Sabtu, 1 April 2023.
Advertisement
"Di era sekarang ini memang sudah banyak konten-konten yang tersebar di masyarakat, baik itu konten yang bermanfaat maupun tidak," ujarnya.
Oleh karenanya, sudah seharusnya sebagai content creator dapat memilih konten yang diciptakan itu akan diharapkan menjadi konten seperti apa. Apakah konten yang mencerdaskan manusia sehingga layak juga untuk ditonton atau konten yang terkesan hanya pamer harta dan kebaikan saja.
Ia menyebut di zaman sekarang tak jarang seseorang membuat konten dengan menghalalkan segala cara. Tidak sedikit konten yang dibuat itu sampai mencelakai diri sendiri, bahkan hingga mendzalimi orang lain, seperti konten-konten mandi lumpur dan konten yang menabrakan diri sendiri ke kendaraan yang sedang melintas.
"Hal tersebut tentu saja lebih banyak mudorotnya dan terkesan tidak ada kebaikan yang terdapat didalamnya," ujar Taufik.
KH Taufik menyampaikan, sebenarnya masyarakat juga bisa membuat konten-konten yang mencerdaskan dan membawa kebaikan contohnya saja konten-konten yang menyebarkan dakwah, konten yang memberikan tutorial pembelajaran, atau konten yang memiliki nilai positif lainya.
Dalam Islam sendiri, lanjutnya, terdapat kaidah dalam bentuk hadis yang berbunyi la dhororo wa la dhiroro yang artinya janganlah memberikan kemudaratan pada diri sendiri, dan jangan pula memudharari orang lain (HR. Ibnu Majah dan Daruquthni).
"Maka dari itu janganlah sampai seseorang melakukan perbuatan-perbuatan yang bentuknya menyusahkan diri sendiri (maupun orang lain) hanya untuk mendapatkan keuntungan yang sifatnya meteril semata,' ucap Taufik.
Ulama kelahiran Jakarta ini menegaskan seseorang harus lebih berhati-hati dalam membuat konten di media sosial, karena pada dasarnya semua yang kita perbuat akan dipertanggungjawabkan di akhirat.
"Buatlah konten-konten yang baik-baik dan positif, karena tidak ada salahnya jika kita membantu pemerintah dalam mencerdaskan masyarakat dengan konten-konten yang kita buat," ia menambahkan.