Sukses

Kolak Ayam, Tradisi Malam 23 Ramadan di Gresik Peninggalan Sunan Dalem

Saat itu, Sunan Dalem jatuh sakit dan ternyata dapat disembuhkan dengan sanggring atau kolak ayam ini.

Liputan6.com, Gresik - Sanggring gumeno atau kolak ayam merupakan salah satu tradisi masyarakat Desa Gumeno, Gresik, Jawa Timur. Tradisi ini digelar setiap tahun, tepatnya pada malam 23 Ramadan.

Mengutip dari kebudayaan.kemdikbud.go.id, masyarakat setempat akan menyediakan masakan yang disebut sanggring atau kolak. Terdapat ribuan porsi yang ditempatkan pada piring dan nantinya akan dinikmati bersama-sama.

Pada 2014 lalu, jumlah porsi kolak ayam bahkan mencapai 2.200 porsi. Sajian tersebut disantap sebagai menu berbuka bersama di Masjid Jami' Sunan Dalem.

Sanggring atau kolak ayam umumnya dijadikan menu takjil buka puasa. Menurut catatan sejarah, tradisi ini berasal dari riwayat pelarian Sunan Dalem di Desa Gumeno.

Saat itu, Sunan Dalem jatuh sakit dan ternyata dapat disembuhkan dengan sanggring atau kolak ayam ini. Sunan Dalem sempat memerintahkan penduduk agar berusaha membuat obat.

Sebagian penduduk bahkan mencari obat ke segala daerah, tetapi mereka tidak dapat menemukan obat atau orang yang bisa menyembuhkan Sunan Dalem. Setelah berusaha mencari dengan berbagai cara tanpa hasil, Sunan Dalem pun mendapat petunjuk dari Allah SWT di tengah kebingungan para penduduk tersebut.

Melalui mimpinya, Sunan Dalem diminta untuk membuat suatu masakan yang bisa digunakan sebagai obat. Keesokan harinya, Sunan Dalem memerintahkan semua penduduk agar membawa seekor ayam jago berumur sekitar satu tahun atau jago lacur ke masjid.

Para penduduk pun membawa ayam yang diminta Sunan Dalem. Penduduk kemudian mengolahnya dengan santan kelapa, jinten, gula merah, dan daun bawang.

Peristiwa tersebut bertepatan dengan 22 Ramadan 946 H (31 Januari 1540 M), sehingga Sunan Dalem pun menyantap kolak ayam bersama ketan saat berbuka puasa. Akhirnya, Sunan Dalem pun sembuh dari sakit yang dideritanya setelah menyantap masakan tersebut.

Hingga kini, masakan tersebut dikenal dengan nama sanggring gumeno atau kolak ayam. Nama 'sanggring' berasal dari kata 'sang' dan 'gring'.

Sang berarti raja atau penggedhe, sedangkan gring artinya gering atau sakit. Dengan demikian, sanggring artinya raja yang sakit. Masakan ini juga biasa disebut kolak ayam karena memang berbahan utama ayam.

Karena kepatuhan masyarakat Desa Gumeno kepada Sunan Dalem, maka warga setempat pun selalu melanjutkan tradisi tersebut setiap tahun. Terlepas dari itu, Sunan Dalem memang telah memberi wasiat kepada semua penduduk agar setiap tahun pada malam 23 Ramadan diadakan sanggring atau kolak ayam ini.

Awalnya, tradisi membuat kolak ayam ini dilakukan oleh laki-laki, tanpa ada perempuan. Namun sejak 1987, terdapat keterlibatan perempuan hanya saat memasak ketan, memarut kelapa, dan membersihkan bulu ayam.

Kedua kegiatan ini tetap dilakukan di rumah masing-masing. Selanjutnya, parutan kelapa dan ayam yang sudah bersih dari bulu akan diantarkan ke masjid setelah salat tarawih untuk dilanjutkan proses memasak sanggring gumeno atau kolak ayam oleh para laki-laki.

Penulis: Resla Aknaita Chak

Video Terkini