Sukses

Budaya Kerokan bagi Masyarakat Indonesia, Seperti Apa?

Kerokan biasanya dijadikan pilihan pengobatan sederhana untuk meringankan gejala 'tidak enak badan', seperti pegal linu, nyeri otot, perut kembung, sakit kepala, dan lainnya.

Liputan6.com, Yogyakarta - Salah satu pengobatan tradisional yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia adalah kerokan. Pengobatan ini cukup praktis karena bisa dilakukan siapa saja di rumah.

Kerokan biasanya dijadikan pilihan pengobatan sederhana untuk meringankan gejala 'tidak enak badan', seperti pegal linu, nyeri otot, perut kembung, sakit kepala, dan lainnya. Kerokan biasa diaplikasikan pada bagian tubuh tertentu seperti punggung ataupun leher.

Mengutip dari surakarta.go.id, pengobatan ini merupakan metode tradisional dengan cara menggesekkan benda pipih ke atas permukaan kulit yang telah diolesi oleh minyak. Benda pipih yang digunakan umumnya adalah uang koin, sedangkan minyak yang digunakan bisa berupa minyak kayu putih, minyak telon, atau lainnya.

Metode ini akan menghasilkan warna kemerahan pada kulit sekaligus memberikan rasa hangat yang menenangkan. Metode kerokan ini diduga berasal dari pengobatan tradisional China yang bernama 'ghu sha'.

Ghu sha merupakan metode menggosok dengan tujuan membiarkan penyakit keluar dari tubuh. Metode ini akan menghasilkan garis berpasir merah di atas kulit.

Adapun alat yang biasanya digunakan dalam metode ghu sha adalah batu giok atau jade stone. Metode ghu sha selanjutnya menyebar ke Indonesia dan beberapa negara di Asia Tenggara lainnya, si antaranya Vietnam, Laos, Kamboja, Thailand, dan Malaysia. Selain praktis dan mudah, metode ini banyak dilakukan oleh masyarakat karena ekonomis.

Meski demikian, dalam praktiknya, masyarakat juga harus memperhatikan kondisi dan tubuh si pengguna saat melakukan metode pengobatan kerokan. Beberapa kondisi tertentu justru tidak dianjurkan untuk menggunakan pengobatan ini, seperti wanita hamil, penderita penyakit kardiovaskular dan serebrovaskular, penderita penyakit kulit, dan penderita penyakit diabetes tingkat lanjut.

Dalam 'Perancangan Informasi Budaya Kerokan di Indonesia Melalui Media Komik Digital' oleh Reinaldi Chairahmandika menyebutkan, hasil pengamatan Prof Didik Gunawan Tamtomo menyebut, kerokan dapat meningkatkan kadar endorfin dan menurunkan kadar prostaglandin.

Kenaikan kadar endorfin dapat menyebabkan perasaan nyaman, hilangnya rasa sakit, serta tubuh menjadi lebih segar dan bersemangat. Adapun penurunan kadar prostaglandin karena kerokan dapat memengaruhi penurunan tekanan darah, mengatur sekresi asam lambung, suhu tubuh, dan meredakan nyeri otot. 

 

Penulis: Resla Aknaita Chak