Liputan6.com, Papua - Tari isolo merupakan salah satu tarian tradisional milik masyarakat Papua, khususnya Suku Sentani. Tarian ini melambangkan kerukunan antarsuku di Papua.
Uniknya, kesenian ini biasanya dilakukan di atas perahu. Masyarakat Suku Sentani di Danau Sentani melalukan tarian ini dari satu kampung ke kampung lainnya.
Mengutip dari warisanbudaya.kemdikbud.go.id, tari isolo juga biasa disebut tari isosolo. Kata 'isosolo' terdiri dari dua kata, yakni 'iso' dan 'solo' atau 'holo'.
Advertisement
Baca Juga
Kata 'iso' berarti bersuka cita dan menari untuk mengungkapkan perasaan, sedangkan 'solo' atau 'holo' berarti semua kelompok dari segala usia yang menari, mulai dari anak-anak hingga dewasa.
Namun, biasanya tarian ini dilakukan oleh penari laki-laki maupun perempuan berjumlah 30-50 orang. Karena jumlahnya yang tak sedikit, maka masyarakat pun menggunakan perahu besar khas orang Sentani (khai) untuk melakukan tarian ini.
Beberapa perahu dirapatkan dan di atasnya diberi papan atau kayu nibung dengan ukuran yang sesuai dengan badan perahu dan kapasitas penari. Perahu juga dihiasi dengan daun kelapa ataupun daun (khamea) yang biasanya digunakan dalam tarian adat dan lebih dikenal dengan istilah 'furing'.
Para penari akan mengenakan pakaian adat, seperti yonggoli (rok atau rumbai-rumbai), manik-manik (mori-mori), noken (holbhoi) dan tifa (wakhu), serta cawat (malo atau ambela). Mereka juga membawa beberapa properti ‘perang’, salah satunya busur panah.
Tarian ini biasanya dilakukan oleh ondofolo (kepala adat) bersama masyarakat kampung untuk mempersembahkan hadiah kepada ondofolo lainnya. Hadiah yang dipersembahkan adalah barang yang dianggap berharga, seperti babi hutan besar, hasil kebun, mengantarkan anak gadis ondofolo untuk dinikahkan, dan beberapa seserahan adat lainnya.
Konon, dahulu tarian ini merupakan tarian yang mengisahkan kerukunan antarkampung, misalnya saat salah satu kampung meminta hasil bumi. Tarian inilah yang akan dibawakan saat kampung lainnya membawakan hasil bumi menggunakan perahu untuk kampung yang sedang membutuhkan.
Selain itu, dahulu tarian ini juga merupakan tarian yang menyangkut derajat dan wibawa seseorang. Tarian ini dibawakan ketika mereka membawa tiang pancang untuk membangun rumah, memenangkan perang, atau wujud penghormatan terhadap ondoafi lainnya.
Namun, selain untuk penghormatan, tari isolo kini lebih dianggap sebagai suatu pertunjukan seni kebanggaan masyarakat Sentani. Tarian ini juga menjadi salah satu atraksi populer di Festival Danau Sentani.
Â
Penulis: Resla Aknaita Chak