Sukses

Kasuami, Tumpeng Olahan Singkong ala Sulawesi Tenggara

Meski merupakan makanan pengganti nasi, kuliner Kendari ini juga bisa dinikmati sebagai camilan.

Liputan6.com, Kendari - Kasuami merupakan makanan khas daerah Sulawesi Tenggara, khususnya daerah Buton, Muna, dan Wakatobi. Makanan ini berbentuk kerucut layaknya tumpeng gunungan.

Sajian berbahan utama singkong ini memiliki warna putih kekuningan. Mengutip dari budaya-indonesia.org, singkong diolah dengan cara diparut kemudian dikukus.

Proses mengukus singkong dilakukan di dalam cetakan berbentuk kerucut atau tumpeng. Lamanya proses memasak ini setidaknya memakan waktu sekitar 15 menit saja.

Bahan singkong untuk membuat kasuami ini oleh masyarakat setempat disebut dengan kaopi, yakni ubi kayu yang diparut dan diperas airnya hingga kering. Ubi tersebut dikukus menggunakan panci dari tanah liat dengan memakai cetakan khusus berbentuk topi kerucut.

Bagi masyarakat setempat, kasuami merupakan makanan pokok yang fungsinya sama seperti nasi. Oleh karena itu, makanan ini juga disantap bersama dengan lauk, salah satunya ikan parende.
 Ikan parende atau kapinda (ikan pindang) memang menjadi lauk yang pas untuk menikmati kasuami. Masyarakat Buton biasanya menyajikan kasuami sebagai salah satu hidangan hajatan maupun penyambutan sanak saudara.

Makanan ini memang memiliki arti yang melambangkan persaudaraan dan keakraban masyarakat Sulawesi Tenggara. Bentuknya yang kerucut dianggap sebagai representasi persembahan dari rakyat kepada sosok yang diagungkan.

Meski merupakan makanan pengganti nasi, kuliner Kendari ini juga bisa dinikmati sebagai camilan. Pada zaman dahulu, kasuami menjadi bekal para nelayan yang hendak mencari ikan di laut.

 

Penulis: Resla Aknaita Chak