Sukses

7 Jenis Jenang, Kuliner Tradisional Khas Solo yang Lekat dengan Tradisi dan Hajatan

Berikut tujuh jenis jenang khas Solo tersebut.

Liputan6.com, Solo - Jenang merupakan kuliner tradisional khas Solo yang sering dijadikan menu pelengkap saat hajatan. Selain sebagai ungkapan syukur, jenang juga merupakan simbol doa, persatuan, harapan, dan semangat.

Bagi masyarakat Jawa, khususnya Solo, jenang sudah menjadi bagian dari tradisi. Oleh karena itu, jenang sangat melekat dan mengakar pada masyarakat Solo sejak zaman kerajaan Hindu-Budha dan era Walisongo.

Mengutip dari surakarta.go.id, jenang memiliki arti dan tempat tersendiri bagi kebudayaan dan tradisi di Kota Solo. Terdapat beberapa macam jenang di Kota Solo yang memiliki simbol dan arti masing-masing.

Dari beberapa macam tersebut, ada tujuh jenis jenang yang terkenal dan sering digunakan dalam berbagai acara hajatan. Berikut tujuh jenis jenang khas Solo tersebut:

1. Jenang Sumsum

Jenang sumsum biasanya digunakan sebagai simbol keberkahan dan kesehatan. Warna putih pada jenang ini dianggap mirip dengan warna sumsum tulang.

Jenang sumsum juga menjadi sarana mempererat hubungan antar masyarakat. Dalam berbagai macam rangkaian adat, jenang sumsum sering kali hadir, seperti saat pernikahan hingga khitanan. 

2. Jenang Candil

Jenang candil diyakini sebagai simbol keharmonisan dalam hidup yang penuh dengan perbedaan. Jenang candil diibaratkan sebagai sebuah kehidupan yang berputar, layaknya roda.

Jenang ini berisi candil atau bola-bola kenyal yang lezat. Jenang candil biasanya disajikan saat selamatan sebagai simbol rasa syukur dan terima kasih kepada Tuhan.  

 

2 dari 2 halaman

Jenang Sengkala

3. Jenang Sengkala

Jenang sengkala terdiri dari jenang abang (merah) dan putih. Warna tersebut merupakan simbol peradaban manusia di dunia. Jenang abang melambangkan laki-laki, sementara jenang putih melambangkan perempuan. 

4. Jenang Procot

Jenang procot biasanya hadir sebagai simbol untuk mendoakan agar ibu yang hamil diberikan kelancaran dalam proses melahirkan. Jenang procot biasanya digunakan dalam upacara mitoni atau tujuh bulanan.  

5. Jenang Lemu

Jenang lemu memiliki filosofi kuat, tidak lemah, dan membangun semangat baru dalam kehidupan. Jenang lemu biasanya disajikan dalam berbagai upacara tradisi budaya Jawa.

6. Jenang Majemukan

Jenang majemukan diibaratkan sebagai manusia yang merupakan makhluk sosial. Jenang ini memiliki simbol untuk saling menghormati dan menghargai perbedaan yang ada pada masyarakat yang plural dan multikultural. 

7. Jenang Abang Putih

Jenang ini memiliki arti merah dan putih yang merepresentasikan penciptaan atau asal-usul manusia, yakni laki-laki dan perempuan. Jenang ini memiliki makna untuk selalu melihat sesuatu dengan sudut pandang yang luas. Selain itu, juga sebagai pengingat agar tetap fokus dengan tujuannya.  

 

Penulis: Resla Aknaita Chak