Sukses

Soroti Kesehatan Mental Remaja, Ini Saran dari Dokter Jiwa dan Kapolres Gunungkidul

Kesehatan mental remaja memicu perilaku arogan serta mengarah kepada tindak kriminal membuat potensi yang ada didalam remaja ini semakin tergerus dengan aksi kekerasan.

Liputan6.com, Gunungkidul - Munculnya berbagai kasus yang menjerat para remaja belakangan ini membuat warga masyarakat mengrenyitkan kening. Perilaku yang arogan serta mengarah kepada tindak kriminal membuat potensi yang ada pada remaja menjurus kepada aksi kekerasan.

Belum lama ini, kita dihadapkan dengan berberapa kasus besar. Mulai dari penganiayaan yang dilakukan anak mantan pejabat Dirjen Pajak Rafael Alun Trisambodo, anak anggota polisi berpangkat AKBP, serta kasus yang terbaru koboi jalanan yang secara arogan memasang pelat nomor palsu yang menodongkan senjata.

Berbagai contoh tersebut belum mewakili seluruh pelaku kejahatan yang mellibatkan remaja. Bahkan, para remaja sekarang ini mengalami salah orientasi terhadap permasalahan yang mereka hadapi dengan mengandalkan lingkungan.

Hal tersebut disampaikan Dokter Jiwa di RSUD Wonosari, Gunungkidul, Ida Rocmawati. Menurut Ida, berbagai permasalahan terkait remaja yang dilihat masyarakat sekarang merupakan salah satu masalah kesehatan mental.

“Jadi ini masuk dalam masalah Kesehatan mental yang mempengaruhi anak-anak dan remaja. Termasuk Depresi, kecemasan, dan gangguan perilaku,” kata Ida kepada Liputan6.com.

Ida menyampaikan, ganguan perilaku yang seringkali terjadi meupakan respon langsung terhadap apa yang terjadi dalam hidup mereka. Sehingga pentingnya kesehatan mental untuk para remaja sangat diperlukan, meki sering diabaikan oleh masyarakat.

Belakangan ini sudah semakin banyak orang yang memperhatikan kekuatan destruktif dari penyakit mental yang tidak diketahui atau terlambat diobati. Sehingga perlu jalan yang sangat panjang harus ditempuh untuk mengatasi masalah kesehatan mental remaja ini.

Secara inheren, Ida menyebut kesehatan mental dengan kesehatan fisik saling terkait. Di mana hampir tidak ada perbedaan yang mencolok diantara keduanya, bahkan kesehatan fisik menjadi fokus identifikasi kesehatan mental.

“jadi sangat tipis bahkan tak bersekat. Biasanya lebih mudak mengetahui Kesehatan fisik dari pada Kesehatan mental,” terangnya.

Bahayanya, banyak masalah mental yang diabaikan dan tak terdeteksi ini akan membawa dampak menghancurkan bagi remaja terutama mereka yang sudah rapuh sejak lama. Bahkan hingga mampu mengarah kepada tindak kriminalitas.

Menurut Ida, anak anak dan remaja membutuhkan Kesehatan mental yang baik untuk berkembang dengan cara yang sehat. Selain membangun hubungan sosial yang kuat, juga beradaptasi dengan perubahan bahkan menghadapi tantangan hidup.

Hal tersebut tak lepas dari peran dan dukungan dari orang-orang dekat terutama adalah orang tua. Orang dekat tersebut memiliki pengaruh langsung dan positif pada kesehatan mental, bahkan hubungan emosional yang baik guna mengurangi resiko masalah Kesehatan mental.

“Jika kita melihat adanya kekhawatiran kesehatan mental anak, mulailah dengan mengajak berbicara dari hari ke hati. Anak cenderung membutuhkan dukungan professional, ide, dan mendorong anak remaja berbicara tentang perasaan mereka,” tuturnya.

Ida berharap, perlu langkah konkret baik dari keluarga, lingkungan, kepolisian, pemerintah daerah, dan lain sebagainya guna mempromosikan pentingnya kesehatan mental bagi remaja terutama di Kabupaten Gunungkidul.

“Perlu kerja sama yang baik dari semua unsur, saya pastikan dapat menekan angka kriminalitas yang dilakukan para remaja jika semua sepakat dalam upaya menjaga kesehatan mental bagi para remaja,” terangnya.

2 dari 2 halaman

Kata Kapolres Gunungkidul

Secara terpisah, Kapolres Gunungkidul, AKBP Edy Bagus Sumantri menyatakan bahwa pihaknya selalu memantau perkembangan masyarakat khususnya para remaja di Gunungkidul. Dengan berpatroli dan imbauan sepanjang hari. Hal itu diutarakan Kapolres saat menjalankan kegiatan rutin yang ditingkatkan (KRYD).

“Di Gunungkidul ini masih banyak kita temukan para remaja yang kedapatan berkumpul hingga tengah malam di suatu lokasi, kekhawatiran kami muncul ketika perilaku mereka mencurigakan,” kata Edy, Minggu (7/5/23) dini hari saat KRYD di Kota Wonosari.

Edy menyebut, meski pihaknya meningkatkan patroli maupun penindakan terhadap para remaja ini akan selalu sia-sia jika tidak diimbangi peran serta dari lingkungan serta keluarga. Bahkan, potensi menyimpang para remaja mudah didapat melalui internet.

Sudah menjadi tanggung jawabnya, Edy menyampaikan bahwa jika terjadi tindak kejahatan harus diproses secara hukum yang berlaku. Termasuk penerapan Undang Undang termasuk perlindungan anak juga menjadi acuan bagi ketugasannya untuk para pelaku anak.

“jadi kami itu menginginkan pencegahan, bukan penindakan. Karena mencegah itu akan memberikan kesempatan untuk memperbaiki diri. Jika sudah berstatus terdakwa, tentu akan berpengaruh pada masa depan para remaja ini. Ini yang kami tidak mau,” tuturnya.

Edy menambahkan, melalui jajarannya di Polres Gunungkidul akan lebih menekankan pada dimensi pencegahan melalui berbagai metode-metode yang sudah diberikan baik dari pimpinan maupun dari pakar kesehatan jiwa.

“Kami senang dengan pendapat Dokter Ida ini, sangat menginspirasi kami terutama dalam menjalankan tugasnya,” ujarnya.

Edy berharap agar warga masyarakat Gunungkidul saling mendukung guna terciptanya masyarakat yang adem ayem. Bahkan, ia bercita-cita agar para remaja Gunungkidul yang memiliki potensi dapat menyalurkan potensinya dan besar seperti banyak atlet asal Gunungkidul.

“Banyak atlet besar dari Gunungkidul, jadi remaja lebih baik bersaing positif di bidang olah raga atau yang lain daripada mengikuti tren yang dapat menjerumuskan para remaja ini pada tindak kriminalitas,” pungkasnya.