Sukses

Mahasiswa UNY Ciptakan Dress Batik Motif Bungong Jeumpa

Lagu Bungong Jeumpa dikenal dari Aceh. Namun di mata mahasiswa UNY lagu itu digubah menjadi ide dress motif batik. Motif batik Bungong Jeumpa ini menjadi karya mahasiswa UNY meraih kelulusan.

Liputan6.com, Yogyakarta Bungong Jeumpa merupakan salah satu lagu daerah Aceh menggambarkan semangat dan keindahan Tanah Aceh yang disimbolkan dengan bunga khas kerajaan bunga cempaka. Mahasiswa UNY Intan Rafiqa menjadikan Bungong Jeumpa menjadi sebuah karya seni berupa dress batik.

“Kemampuan untuk mengolah kriya batik di Aceh masih sangat kurang dan belum ada pengembangan motif Bungong Jeumpa di Aceh," kata mahasiswa program studi Pendidikan Seni Kriya Fakultas Bahasa Seni dan Budaya UNY ini.

Menurutnya saat ini penerapan motif Bungong Jeumpa biasanya hanya pada ukiran-ukiran dan bangunan-bangunan. Sehingga karya motif Bungong Jeumpa selain untuk penciptaan tugas akhir karya seni, juga untuk mengembangkan dan melestarikan budaya agar lebih dikenal atau lebih dikenang dan agar motif Bungong Jeumpa tidak hanya dipandang sebagai satu indikator saja.

"Oleh karenanya saya ingin mencoba untuk dapat menciptakan Bungong Jeumpa sebagai motif penghias dress batik yang kreatif sehingga nantinya karya yang dihasilkan dapat diterima dimasyarakat dan dapat menjadi salah satu karya kriya yang bisa menyenangkan setiap orang yang melihatnya,” kata Intan.

Ia mengatakan penciptaan karya ini Intan mengambil Bungong Jeumpa jenis putih dan kuning, dimana Bungong Jeumpa putih dan kuning sering dijumpai di halaman rumah dan paling banyak ditemukan di Aceh. Kemudian dikembangkan dengan mencari inspirasi jenis-jenis Bungong Jeumpa yang mekar dan kuncup, lalu distilasi atau diubah dengan berbagai penggayaan dan dibuat menjadi macam-macam bentuk baru yang bersifat dekoratif, namun ciri khas bentuknya masih terlihat.

Warga Dusun Loen, Desa Pante Piyeue, Kecamatan Peusangan, Kabupaten Bireuen, Provinsi Aceh tersebut menggunakan kain katun Jepang sebagai bahan utama dalam proses pembuatan karya dress batik, dimana pada umumnya dalam proses pembuatan batik menggunakan kain prima/primisima.

“Karena di Aceh sendiri kain prima/primisima masih sangat susah untuk didapatkan, sedangkan kain katun jepang mudah ditemui di toko-toko kain terdekat. Sehingga tidak perlu dikhawatirkan apabila pengrajin di beberapa daerah yang ingin berkarya akan tetapi di daerah tersebut susah untuk mendapatkan kain prima/primisima yang pada umumnya digunakan,” ujar alumni SMK N 1 Mesjid Raya itu.

Dress batik dengan ide penciptaan motif bungong jeumpa memiliki ornamen dan bentuk yang berbeda-beda sehingga memiliki keunikan sendiri ketika memakainya. Dilihat dari bentuk dress batik pada karya ini adalah dress fashion cocok digunakan oleh remaja maupun dewasa baik acara resmi maupun non resmi.

Hal ini karena bentuknya yang unik dan elegan menjadikan dress ini sebagai pusat perhatian dan praktis sehingga lebih banyak disukai oleh remaja maupun dewasa. ia mengatakan penciptaan karya seni ‘Bungong Jeumpa' sebagai Motif Penghias Dress Batik’ melalui tiga tahapan proses pembuatan yaitu tahap eksplorasi, tahap perancangan, dan tahap perwujudan.

"Tahap Eksplorasi dilakukan dengan cara menggali segala sumber ide, mengumpulkan data informasi dan mengolah data yang nantinya akan menjadi dasar perancangan. Tahap perancangan dilakukan dengan cara membuat sketsa alternatif, sketsa terpilih dan gambar kerja. Tahap perwujudan dilakukan dengan pembuatan karya dari mempersiapkan alat dan bahan, pembuatan karya dan finishing."

Setelah melakukan uji coba warna dengan bahan kain katun jepang, warna yang diaplikasikan pada bahan kain katun jepang menciptakan warna yang lebih soft, karena serat yang ada pada kain katun jepang berbeda dengan kain prima/primisima yang digunakan pada umumnya.

"Remaja zaman sekarang lebih tertarik dengan warna-warna yang terlihat lebih soft atau kalem, sebab target untuk penciptaan dress batik ini tertuju kepada remaja dan dewasa."

Karya dress ini mengambil warna indigosol yaitu biru muda untuk pewarnaan dasar kain, sehingga warnanya terlihat soft. Pada beberapa bagian daun dan batang menggunakan pewarnaan indigosol berwarna abu-abu, namun pengaplikasian pada kain katun Jepang menjadikan warna abu-abu menjadi warna biru yang lebih gelap dibandingkan pewarnaan dasar biru muda, sehingga menciptakan warna baru yang estetis.

"Dalam proses uji coba penciptaan karya dress batik ini menggunakan kain katun jepang untuk bahan utama, dikarenakan ingin mencoba menciptakan hal baru, kualitas kain katun Jepang lebih baik dibandingkan kain pada umumnya, dan mudah didapatkan pada toko-toko terdekat."

Dengan uji coba/eksperimen penciptaan dress batik ini dapat memudahkan daerah-daerah yang kesulitan mendapatkan bahan yang pada umumnya digunakan. Karya ini berhasil lolos dalam ujian tugas akhir karya seni dalam rangka memperoleh gelar sarjana pendidikan dan mendapatkan indeks prestasi kumulatif 3,64.

Dosen pembimbing tugas akhir Wahyono mengatakan hasil karya kriya batik yang terinspirasi dari bunga cempaka/Bungong Jeumpa yang ada di lingkungannya diterjemahkan menjadi ide yang sangat briliant dipadupadankan dalam konsep local wisdom. Ini mengangkat tradisi lokal Aceh dengan pengembangan motif yang distilasi sesuai ide pengkarya serta sasaran karyanya para remaja.

“Dengan melalui berbagai benturan pasti akan terbentuk sebuah karya. Selamat dan sukses selalu, kembangkan terus pengembaraan jiwa dalam berkarya,” tutup Wahyono.

 

Simak Video Pilihan Ini: