Sukses

Mengenal Sinamot dalam Pernikahan Adat Batak

Pemberian sinamot dalam tradisi pernikahan Suku Batak merupakan sebuah kewajiban.

Liputan6.com, Medan - Keberadaan sinamot tentu tidak lepas dari tradisi pernikahan adat Batak. Sinamot atau tuhor ni boru adalah sebutan mahar atau pembayaran perkawinan dalam bentuk uang yang diberikan pihak paranak (laki-laki) kepada pihak parboru (perempuan) sebagai tanda awal dari pembentukan keluarga.

Dikutip dari jurnal "Makna dan Fungsi Tradisi Sinamot dalam Adat Perkawinan Sukubangsa Batak Toba di Perantauan Surabaya" (2011) karya Helga Septiani Manik, sejarah sinamot berasal dari kebudayaan suku Batak pada masa lampau.

Dahulu, pekerjaan mayoritas suku Batak adalah bertani. Pekerjaan tersebut juga dilakukan oleh perempuan saat itu, sehingga jika perempuan tersebut menikah dan pergi mengikuti suaminya maka pekerjaan di ladang keluarganya akan semakin berat.

Hal ini yang membuat pihak laki-laki wajib memberikan pengganti berupa tenaga kerja. Kemudian, seiring berjalannya waktu hal ini berganti menjadi binatang ternak yaitu kerbau.

Namun semakin sulitnya mencari kerbau sebagai hewan pengganti akhirnya membuat sinamot diberikan dalam bentuk benda yang dianggap bermakna seperti rumah, tanah, sawah, ataupun emas. Seiring berjalannya waktu, sekarang lebih sering ditemukan pemberian sinamot dalam bentuk uang.

Pemberian sinamot dalam tradisi pernikahan Suku Batak merupakan sebuah kewajiban. Sinamot tidak hanya dilihat sebagai syarat sah nikah namun juga sebuah ambang perjuangan.

Hal ini karena sinamot dipandang sebagai bukti nyata yang paling kelihatan tentang kesungguhan pria, terutama bagi seluruh keluarga besar. Selain itu, orang tua mempelai perempuan bisa merasakan keyakinan bahwa sang anak bisa mendapat pria yang baik dan mau berjuang untuknya.

Bagi pihak parboru, terutama orang tua mempelai perempuan biasanya tidak rela apabila anaknya diboyong tanpa realisasi berupa sinamot oleh pihak paranak. Setelah sinamot diberikan oleh pihak paranak, keluarga pihak parboru pun akan merasa lega dan puas.

Sinamot kemudian akan digunakan pihak parboru untuk mempersiapkan dan membayar keperluan pesta perkawinan adat Batak, termasuk membeli ulos. Walau begitu sinamot tidak digunakan untuk berfoya-foya atau membeli barang di luar keperluan pesta perkawinan adat, seperti motor, handphone, dan lain sebagainya.

Besaran sinamot disepakati dan diserahterimakan dalam prosesi adat Batak yang disebut marhata sinamot. Prosesi marhata sinamot diadakan sebelum martumpol atau prosesi pertunangan.

Martumpol biasanya dilaksanakan berdekatan sebelum pesta perkawinan adat dilaksanakan, sekitar dua minggu sebelumnya. Uniknya, besaran sinamot akan ditentukan dari sejumlah faktor dari mempelai wanita.

Besaran sinamot biasanya dipengaruhi oleh pendidikan, pekerjaan, jarak tempat tinggal, silsilah dalam keluarga, status sosial, hingga rupa dari mempelai wanita.