Sukses

Kisah Siti Nurhandiah Bangun Usaha Kerajinan Kerang Hingga Jadi Destinasi Wisata Belanja Cirebon

Ia menyulap kulit kerang dari perairan Indonesia menjadi handycraft atau kerajinan lain memiliki nilai seni dan ekonomi.

Liputan6.com, Cirebon Potensi hasil laut Indonesia menjadi berkah tersendiri khususnya bagi para pelaku UMKM Cirebon.

Seperti yang dialami Siti Nurhandiah, perajin usaha kreatif asal Desa Astapada Kecamatan Tengah Tani Kabupaten Cirebon. 

Ia menyulap berbagai jenis kerang laut Indonesia menjadi handycraft atau kerajinan lain memiliki nilai seni dan ekonomi.

"Kerang yang kami kelola bukan kerang yang dilindungi pemerintah ya," kata Siti Jumat (12/5/2023).

Pemilik Istana Kerang Multidimensi Cirebon ini memiliki ribuan kerajinan kerang yang bernilai ekonomi. Kerang hasil laut itu dipadukan dengan seni bernuansa kearifan lokal setempat. 

Mulai dari asbak, hingga produk furniture berlapis kerang, seperti sofa, tempat tidur maupun lampu hias. Hasilnya, dapat menghiasi nuansa furnitur di rumah. 

Kerang hasil kerajinannya dijual mulai dari harga Rp 10 ribu hingga puluhan juta rupiah. 

"Sebagian besar hasil kerajinan kerang kami ekspor ke luar negeri. Namun kami sempat terganjal pandemi covid-19 ada penurunan," kata Siti.

Pandemi covid-19 tak menyurutkan semangat Siti untuk berkarya. Siti tetap mempekerjakan karyawannya meski di tengah pandemi.

Banyak pesanan yang ditunda imbas pandemi bahkan lockdown. Sambil membuat kerajinan, Siti menjual hasil kerajinan melalui online. 

"Sebelum pandemi orderan per bulan 4-5 kontainer, ketika pandemi hanya beberapa kubik. Kami ada toko di Bali dan Jogja hanya sebatas showcase, kalau ada yang pesan dari toko kami untuk ekspor pembuatan tetap di Cirebon. Selama pandemi rata-rata pesanan 2 sampai 10 kubik saja per bulan," kata Siti.

2 dari 3 halaman

Berkebun

Agar tetap melangsungkan usaha kerajinan, Siti memanfaatkan lahan kosong untuk berkebun. Ia mengajak karyawan berkebun sambil membuat kerajinan.

Hasil kebunnya dijual murah kepada karyawan dan menjadi modal usaha sampingan. 

"Jual 40 persen lebih murah ke karyawan nanti dibayar habis bulan. Yang penting tidak ada karyawan dirumahkan. Sampai sekarang ada yang panen mereka masih minat," kata Siti.

Ketika pandemi mulai turun hingga dinyatakan selesai, Siti masih berjuang menghadapi dampak ekonomi global. Ia menjelaskan, krisis ekonomi global berdampak kepada biaya sewa kontainer yang mahal.

Sehingga, beberapa pembeli dari seperti Thailand, Prancis masih ada yang meminta untuk menunda pengiriman.

"Waktu kirim pesanan bisa sampai 8 bulan. Selagi menunggu pengiriman kami layani pemesanan online. Alhamdulillah masih bertahan," ujar dia.

Siti membangun istana kerang di Cirebon sejak tahun 2000. Saat itu, kondisi ekonomi masih terdampak krisis moneter tahun 1998.

Bersama suami mulai merintis usaha mulai dari mengirim bahan baku kerang ke ke Filipina. Siti perlahan mulai merekrut tenaga kerja dari warga sekitar terutama mereka yang terdampak krisis moneter.

"Banyak yang di PHK waktu itu dan saya rekrut sesuai kebutuhan. Ditambah potensi kerang laut di Indonesia banyak sekali. Jadi suami saya sounding ke teman-temannya di seluruh Indonesia untuk mengirim kulit kerang kecuali di Papua ya karena tidak ada koneksi kesitu," ujar Siti.

3 dari 3 halaman

Wisata Belanja

Seiring berjalannya waktu, Siti bersama suami terfikir mengelola kerajinan kerang sendiri. Ketika itu, Ia melihat potensi pasar di Amerika Serikat sangat besar.

Singkat cerita, pembeli dari Filipina meminta pengiriman kulit kerang dalam bentuk setengah jadi. Ia bersama suami mulai belajar tentang kerang.

"Belajar tentang kerang ini diapakan menjadi apa, lama-kelamaan punya inovasi sendiri, gaya sendiri yang lebih Indonesia banget," ujar dia.

Semangat bangkit secara ekonomi terus mengalir di benak Siti. Secara berkala produksi kerajinan setengah jadi yang dikirim ke Filipina mendapat respon baik.

Kala itu, Ia mengirim kerajinan hingga 3000 pcs per bulan. Siti kembali merekrut karyawan dari lingkungan sekitar. 

"Sambil belajar memahami bahan. Kalau ekspor kan ada tim Quality Control (QC) jadi kami belajar dari hasil QC yang dipesan pembeli. Jadi semua perjalanan kami seperti sudah dituntun Allah," ujar dia.

Perlahan tapi pasti, hingga saat ini, Istana Kerang Multi Dimensi Cirebon masih terus mengerjakan pesanan dari beberapa negara. 

Seperti Franchis hingga Jepang, bahkan Siti sedang mengerjakan pesanan dari Negara Chili Amerika Selatan. 

"Banyak pihak juga yang membantu kami hingga seperti sekarang ini. Seperti Bank Indonesia, BRI mereka memfasilitasi kami lewat pameran pelatihan dan dari situ kami dapat pesanan," kata dia.

Manajer Marketing Istana Kerang Multidimensi Cirebon Nova Agung mengatakan, rata-rata kebutuhan bahan kerang 1 sampai 6 ton per bulan.

Nova mengaku di tengah krisis global imbas pandemi, Istana Kerang terus berusaha bertahan dengan melayani pembeli tetap. 

"Eksisting buyer kami saat ini Francis, Jepang, Jerman dan ada buyer baru Chili," kata Nova.

Nova mengaku, usaha yang dikelolanya sangat berpengaruh terhadap kondisi global. Termasuk ketegangan antara Rusis dan Ukraina.

Oleh karena itu, Istana Kerang Cirebon memanfaatkan platform digital untuk menjual produk kreatifnya. 

Nova menyebutkan, banyak pelanggan dari dalam negeri yang membeli produknya melalui marketplace, media sosial dan jenis platform online lain. 

"Yang penting bertahan dulu dalam hadapi krisis global. Untuk yang beli lewat online proses pengirimannya kami rekomendasi sesuai dengan karakter barang yang dipesan," ujar dia. 

Meski demikian, usaha yang dirintis sejak tahun 2000 tersebut saat ini menjadi destinasi wisata belanja di Cirebon. Pengunjung yang datang mulai dari Indonesia hingga mancanegara.

Hanya saja, kata Nova, kondisi infrastruktur jalan yang rusak para berdampak pada usaha kreatifnya.

"Banyak yang komplain akses jalan rusak," kata Nova.Â