Liputan6.com, Ma African Swine Fever (ASF) atau Flu Babi Afrika mewabah di Sulawesi Selatan sejak akhir tahun 2022 hingga saat ini. Setidaknya tiga kabupaten pun terdampak, yakni Kabupaten Gowa, Kabupaten Luwu Timur dan Kabupaten Luwu Utara.
Berdasarkan informasi yang diterima Liputan6.com wilayah yang pertama kali ditemukannya kasus Flu Babi Afrika itu adalah Kabupaten Gowa. Ribuan ekos babi ternak pun telah mati akibat kejadian itu.Â
Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Sulsel, drh Nurlina Saking membenarkan ihwal mewabahnya Flu Babi Afrika tersebut. Dia menjelaskan bahwa dari hasil investigasi ternak babi yang mati mendadak dengan itu memiliki tanda klinis mengalami diare hingga mati secara bersamaan.
Advertisement
"Hasil investigasi yang dilakukan pada Januari 2023 lalu di Kabupaten Gowa diperkirakan babi yang mati sebanyak 4000 ekor," kata Nurlina kepada wartawan, Senin (15/5/2023).Â
Kasus yang sama pun belakangan juga terjadi di Luwu Timur. Berdasarakan data, diperkirakan 1.336 ekor ternak babi mati setelah mengalami tanda klinis Flu Babi Afrika tersebut.Â
"Kasus ini ditemukan di Luwu Timur pada bulan Maret lalu, dilaporkan terdapat 1.374 babi yang sakit dan 1.336 babi yang mati," ungkapnya.
Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Sulawesi Selatan pun belakangan menerima laporan dari Pemkab Luwu Utara bahwa wilayah tersebut juga terserang Flu Babi Afrika pada April 2023. Dilaporkan hewan ternak babi mengalami sakit dengan tanda klinis seperti tidak nafsu makan, demam, pendarahan di hidung dan telinga, sesak nafas, feses encer berwarna coklat kehitaman hingga feses bercampur darah.
"Kematian babi di Luwu Utara diperkirakan sebanyak 4.529 ekor babi," ujarnya.
Â
Hasil Investigasi Dinas Peternakan Sulsel
Dari kejadian itu, Nurlina Saking mengaku telah melakukan pendataan diseluruh wilayah Sulsel yang memiliki ternak babi. Langkah antisipasi pun disusun untuk mencegah semakin merebaknya wabah Flu Babi Afrika di wilayah Sulsel.Â
Dari 24 Kabupaten di Sulawesi Selatan, setidaknya ada 10 di antaranya yang memiliki populasi ternak babi. 10 Kabupaten itu adalah Kabupaten Gowa sebanyak 25.421 ekor, Maros sebanyak 3.274 ekor, Wajo sebanyak 440 ekor, Pinrang sebanyak 7.164 ekor, Tana Toraja 346.710 ekor, Palopo sebanyak 869 ekor, Luwu sebanyak 15.899 ekor, Luwu Utara sebanyak 75.510 ekor, Luwu Timur sebanyak 24.103 ekor dan Toraja Utara sebanyak 452.677 ekor. Total keseluruhan sebanyak 952.067 ekor babi," jelasnya.
"Di Gowa terdapat populasi babi 25.421 ekor, mati ada 4.000. Hasil analisa kami dari 1000 populasi terdapat 157 ternak yang mati karena AFS. Luwu Timur populasi 24.103 ekor dan 1.336 babi yang mati dengan analisa dari 1000 populasi terdapat 55 ternak yang mati karena AFS. Luwu Utara populasi babi ada 75.510 dan 4.529 babi yang mati dengan hasil analisa 1000 populasi terdapat 59 ternak yang mati karena AFS," jelasnya.
Nurlina mengatakan bahwa pihaknya telah mengambil langkah-langkah mewaspadai peningkatan flu babi Afrika ini berdasarkan surat edaran Sekretariat Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 524.3/1262/Disnak-Keswan tertanggal 7 Februari 2023 tentang peningkatan kewaspadaan terhadap penyakit AFS.
"Kita koordinasikan dengan dinas terkait pemerintah setempat yang terdampak, kemudian pengambilan sampel, pengawasan lalu lintas hewan. Menyemprotkan disinfektan di lingkungan kandang dan segera menangani bangkai serta hewan yang sakit," tuturnya.
Berdasarkan hasil investigasi yang telah dilakukan diperoleh informasi, kata Nurlina bahwa ternak babi menunjukkan tanda klinis seperti diare, tidak mau makan, lemas, bintik merah di badan dan mati sekitar dua hari sejak timbul gejala.
"Berdasarkan hasil konfirmasi laboratorium BBVet Maros di diagnosa ternak babi yang mati, karena terinfeksi penyakit AFS," imbuhnya.
Advertisement