Â
Liputan6.com, Jakarta - Aktivitas Gunung Karangetang yang ada di Pulau Siau, Kabupaten Sitaro, Sulawesi Utara, mengalami peningkatan. Hal itu diungkapkan Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.Â
Baca Juga
Kepala Badan Geologi Sugeng Mujiyanto mengatakan, pihaknya lantas menaikkan status gunung api tersebut dari sebelumnya waspada menjadi siaga lantaran terjadinya peningkatan aktivitas vulkanik.
Advertisement
"Berdasarkan hasil pengamatan visual dan instrumental, serta berdasarkan hasil evaluasi maka tingkat aktivitas vulkanik Gunung Karangetang dinaikkan dari level II (waspada) menjadi level III (siaga) terhitung sejak 19 Mei 2023 pukul 10.00 Wita," kata Kepala Badan Geologi Sugeng Mujiyanto, Jumat (19/5/2023).
Pada April 2023, Gunung Karangetang tercatat mengalami 61 kali gempa guguran, 25 kali gempa embusan, 144 kali gempa fase banyak, 81 kali gempa vulkanik dangkal, 24 kali gempa vulkanik dalam, 26 kali gempa tektonik lokal, dua kali gempa terasa skala I MMI, 222 kali gempa tektonik jauh, dan 15 kalo gempa tremor menerus.
Pada periode 1-17 Mei 2023 terekam 60 kali gempa guguran, 26 kali gempa hembusan, 39 kali gempa fase banyak, 12 kali gempa vulkanik dangkal, 25 kali gempa vulkanik dalam, delapan kali gempa tektonik lokal, tiga kali gempa terasa skala l – ll MMI, dan 71 kali gempa tektonik jauh.
Pengamatan kegempaan menunjukkan terekamnya kembali gempa guguran sejak tanggal 15 Mei 2023, sebanyak tujuh kejadian per hari dan cenderung meningkat.Pada 17 Mei 2023, gempa guguran meningkat menjadi 32 kejadian. Kondisi peningkatan gempa guguran tersebut menunjukkan adanya suplai magma ke permukaan yang menyebabkan penambahan material kubah dan juga menyebabkan ketidakstabilan kubah lava.
Pergerakan magma ke permukaan ini kemudian diikuti oleh terjadinya erupsi efusif yang berpotensi menimbulkan guguran dan awan panas.
Â
Guguran Lava
Sedangkan berdasarkan pengamatan visual, Gunung Karangetang sering berawan hingga hujan dan tertutup kabut. Namun, saat cuaca cerah teramati asap kawah putih dengan intensitas sedang hingga tebal, tinggi sekitar 50-250 meter di atas puncak, angin lemah hingga kencang ke arah utara, timur laut, timur, barat dan barat laut.
"Sinar api di atas kawah utama teramati dengan tinggi sekitar 10 meter, terdengar bunyi guguran sejak tanggal 15 Mei 2023," kata Sugeng.Sugeng menyampaikan bahwa secara visual guguran mulai teramati kembali tanggal 18 Mei 2023. Guguran itu meluncur ke arah barat daya dan selatan sejauh sekitar 1.500 meter dari kawah utama.
Kondisi kawah utara masih tampak adanya asap kawah setinggi sekitar 25-100 meter. Ketika malam hari api diam di atas kubah lava masih tampak setinggi sekitar 10-25 meter, kondisi lainnya belum tampak, dan guguran tidak teramati.
Lebih lanjut dia memaparkan akumulasi material hasil erupsi efusif yang berada di lembah-lembah jalur luncuran atau guguran lava pijar berpotensi menjadi guguran lava ke bagian hilir, sehingga perlu kewaspadaan masyarakat yang tinggal di sekitarnya serta masyarakat yang akan melintasi lembah atau sungai tersebut.
"Selain itu perlu diwaspadai juga terjadinya lahar di waktu hujan di puncak," pungkas Sugeng.
Advertisement