Liputan6.com, Yogyakarta - Keris merupakan salah satu warisan budaya yang sangat populer di Indonesia, khususnya Pulau Jawa. Keris sering digunakan dalam acara atau perayaan-perayaan sakral sebagai aksesori pelengkap.
Mengutip dari surakarta.go.id, keris sudah dikenal oleh masyarakat Indonesia sejak abad ke-9. Hal ini terbukti dengan adanya beberapa cerita rakyat yang menyebut keris di dalam ceritanya, seperti Ken Arok dan Ken Dedes.
UNESCO sendiri telah mengakui keris sebagai salah satu warisan budaya dunia non bendawi. Selain sebagai pelengkap aksesori dan warisan budaya, masyarakat Indonesia juga mempercayai keris sebagai senjata sekaligus sebuah benda yang memiliki kekuatan supranatural.
Advertisement
Baca Juga
Bagi masyarakat Jawa, keris sudah lama dikenal sejak zaman Kerajaan Mataram Hindu. Pada masa dahulu, keris dipercaya dapat menambah nilai kebesaran seorang raja yang berkuasa.
Bentuknya yang mungil membuat keris mudah dibawa oleh raja ke mana pun. Tak heran, jika keris dan raja menjadi suatu kesatuan yang tak terpisahkan. Bahkan, keris menjadi sebuah pusaka yang wajib dimiliki raja.
Tak bisa dipungkiri bahwa keris Jawa merupakan salah satu warisan budaya dari leluhur yang awalnya dijadikan sebagai senjata. Bahkan, keris juga digunakan oleh para pejuang dan pahlawan Indonesia dalam merebut Kemerdekaan Republik Indonesia selain dengan bambu runcing.
Salah satu pahlawan yang terkenal piawai dalam menggunakan keris sebagai senjata adalah Pangeran Diponegoro di Yogyakarta. Pangeran Diponegoro memiliki sebuah keris yang berasal dari zaman Kerajaan Majapahit bernama 'keris kyai nogo siluman'.
Selain Pangeran Diponegoro, sejumlah tokoh pejuang lain juga dikabarkan memiliki senjata keris, salah satunya Raja Kasunanan Surakarta Sri Susuhunan Pakubuwono X. Selain itu, presiden pertama Indonesia, Soekarno, juga disebut memiliki senjata keris bekas Perang Puputan yang merupakan pemberian dari sang ibu yang masih memiliki keturunan darah Bali.
Kini, perkembangan zaman membuat keris tak hanya dimiliki oleh raja dan tokoh tertentu saja, melainkan juga masyarakat biasa. Hal ini berkembang dari perintah raja Mataram yang menyebut seorang prajurit yang berprestasi hendaknya dihadiahi sebuah keris.
Lambat laun, keris pun semakin berkembang peredarannya. Saat ini, semua masyarakat bahkan bisa memiliki keris.
Penulis: Resla Aknaita Chak