Sukses

Kain Tudung Manto dari Bumi Melayu: Dulu Dikenakan Bangsawan, Kini Dipakai Semua Kalangan

Umumnya, tudung manto yang banyak dipakai adalah warna hitam.

Liputan6.com, Batam - Kain tudung manto merupakan penutup kepala khas Melayu. Kain ini dahulu dikenakan oleh para perempuan yang sudah menikah, terutama saat acara adat pernikahan.

Mengutip dari disbudpar.batam.go.id, dahulu tudung manto juga sangat istimewa dan hanya dikenakan oleh kalangan bangsawan. Kain yang merupakan pelengkap pakaian adat perempuan Melayu ini berasal dari kata 'tudung' dan 'manto'.

Tudung berarti tutup kepala, sedangkan manto merupakan sulaman (bordiran) yang menggunakan pelingkan atau benang khusus untuk manto. Bagi masyarakat Kepulauan Riau, nama tudung manto sebenarnya sudah tidak asing lagi.

Tudung manto diperkirakan sudah ada sejak 1755. Masa itu merupakan masa Kerajaan Riau Lingga yang berkuasa di semenanjung Melayu.

Hingga kini, tudung manto masih dikenakan di wilayah Kepri. Kain ini dikenakan dengan cara meletakkannya di atas kepala dan membiarkan sebagian kainnya terjuntai atau menggantung ke sisi pipi kanan dan kiri.

Penutup kepala ini biasanya dipadupadankan dengan baju kurung Melayu tradisional. Adapun kain ini dibuat dari kain sifon dengan warna tertentu, seperti kuning, hijau, merah, biru, dan hitam.

Semua warna tersebut bisa dikenakan oleh semua kalangan, kecuali warna kuning. Khusus warna kuning, biasanya dikenakan oleh keturunan tengku.

Sementara, warna hijau untuk tuan said dan warna biru untuk bangsawan. Umumnya, tudung manto yang banyak dipakai adalah warna hitam. Kini, tak hanya bangsawan dan perempuan yang sudah menikah saja yang boleh mengenakan kain ini, tetapi siapa saja bisa memakainya.

 

Penulis: Resla Aknaita Chak