Liputan6.com, Sukoharjo - Hari jamu nasional yang jatuh pada 27 Mei dimanfaatkan sebagai ajang promosi minuman herbal tersebut dari daerah asalnya yakni Kabupaten Sukoharjo.
Bupati Sukoharjo, Etik Suryani gowes bareng OPD di Kabupaten Sukoharjo menyapa warga dan mempromosikan jamu adalah produk asli dari kabupaten itu.
Ia gowes sepanjang 12 km dengan start di Desa Malangan, Bulu dan berakhir di Desa Karangasem, tepatnya di destinasi wisata Gunung Pegat (GP). Usai gowes, Bupati Sukoharjo mengatakan dengan upaya yang telah dilakukan oleh pihaknya mulai dengan mendapatkan rekor muri, mendirikan kafe jamu, dan juga lokasi distribusi khusus jamu yang berada di Pasar Nguter, berharap jamu selalu menjadi ciri khas Kabupaten Sukoharjo.
Advertisement
"Promosikan jamu sambil gowes, biar semua tahu bahwa jamu gendong, jamu racikan, dan lainnya semua dari Sukoharjo. Kaum boro dari Sukoharjo merantau menjual sekaligus harus promosikan jualan jamu di perantauan bahwa jamu memang dari Sukoharjo," kata Bupati ditemui di Destinasi Wisata Gunung Pegat, Desa Karangasem, Jumat (27/5/2023).
Baca Juga
Menurutnya, masyarakat harus bisa menjaga kearifan lokal yang membuat masyarakatnya sejahtera. Bagaimana tidak sebagian kaum perantau asal Sukoharjo berprofesi sebagai penjual jamu gendong.
Harapannya, tak perlu merantau namun bisa tetap berjualan jamu tanpa meninggalkan kampung halaman mereka di Kota Jamu itu.
"Kita fokus perkenalkan jamu sebagai khas Sukoharjo, kita sudah dapat rekor MURI (minum jamu massal 1000 orang). Kita ajak semua pihak untuk menjaga warisan budaya atau kearifan lokal ini (jamu)," kata dia.
Â
Simak Video Pilihan Ini:
Jamu Kemasan Bernilai Ekonomis Tinggi
Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteran Keluarga (TPPKK) Desa Karangasem, Sri Wahyuni mengatakan mayoritas wanita di desanya adalah kaum boro yang menggantungkan rezeki dari berjualan jamu gendong dan berdagang bakso. Sisanya sebagai Pegawai Negeri Sipl (PNS), petani, dan pelaku UMKM.
Berkat usahanya merangkul semua wanita di desanya, mulai banyak warga yang melakukan usaha bisnis jamu secara online, tanpa meninggalkan anak-anak mereka untuk merantau, sekaligus mengajak terus menjaga kearifan lokal daerahnya.
"UMKM-nya dari ibu-ibu PKK di sini berasal dari tim penggerak posyandu. Setiap ada kegiatan pelatihan saya ajak semua pesertanya untuk terlibat. Jadi sekarang sudah banyak yang memulai bisnis dari rumah tanpa merantau, seperti usaha jamu online, produk kue, makanan lain, dan juga tekstil (menjahit)," ujar dia.
Tak hanya itu, wanita yang juga Kepala Sekolah di SMP Negeri 3 Weru itu mengaku bisnis jamu online kemasan semakin banyak diminati lantaran usaha itu tidak membutuhkan modal besar. Terlebih tidak membutuhkan waktu lama tanpa meninggalkan tugas mereka sebagai seorang ibu rumah tangga.
"Ada yang jualan jamu kemasan botolan sistem order dan COD (cash on delivery). Dijual lewat grup whatsapp, atau sosial media, kita support semua yang dilakukan oleh masyarakat khususnya ibu PKK," pungkasnya.
Advertisement