Liputan6.com, Jakarta - Memasuki musim kemarau, kebakaran hutan dan lahan (karhutla) melanda beberapa kawasan di Kota Palangka Raya, Kalimantan Tengah. Jauhnya lokasi titik api dari jalan raya membuat petugas harus berjibaku menembus semak belukar untuk mencari akses guna memadamkan api.
Menurut Kepala Badan Penangulanggan Bencana Daerah (BPBD) Kota Palangka Raya, Emi Abriyani mengatakan dalam kurun waktu bulan Mei 2023 terdapat 18 lokasi titik api yang tersebar di Kecamatan Bukit Batu, Jekan Raya, Pahandut, dan Sebangau.
Baca Juga
"Untuk bulan Mei, sebanyak 18 kejadian karhutla dan untuk total luas keseluruhan mencapai 12 hektare," ungkap Emi Abriyani, Rabu (31/5/2023).
Advertisement
Emi juga mengatakan jika lahan gambut dapat mudah terbakar dan menjalar hingga permukaan tanah. Belum lagi, angin kencang dan teriknya matahari yang mencapai 35,6 derajat Celsius menjadi faktor pendukung lainnya.
Bahkan, menurutnya, lahan yang sudah dipadamkan dapat memunculkan api kembali. Hal itu disebabkan kontur gambut layaknya spon yang memiliki kandungan bahan bakar dari tumpukan sisa tumbuhan yang mengendap.
"Seperti di Petuk Katimpun, kemarin sudah padam tapi api muncul kembali karena itulah sifatnya gambut," ungkap Emi.
Tak Bisa Dijangkau Mobil Pemadam Kebakaran
Sulitnya akses membuat mobil pemadam kebakaran yang membawa ribuan kubik air tidak bisa menjangkau titik api. Sehingga petugas membutuhkan usaha lebih untuk memadamkan si jago merah tersebut.
Satgas Karhutla di lapangan yang terdiri dari tim BPBD, BNPB, Manggala Agni, TNI-Polri dan relawan harus mencari sumber air terdekat untuk disalurkan menggunakan selang ke area sekitar titik api. Bahkan, beberapa petugas ada yang menggunakan tas yang berisi kantung air.
"Sebab mobil tangki air tidak dapat menjangkaunya. Beruntungnya di beberapa titik terdapat parit yang memiliki air, sehingga kita dapat memadamkan api," tambah Emi Abriyani
Emi juga bercerita, jika anggotanya harus rela berjalan kaki sejauh tiga kilometer dan dilanjutkan dengan menggunakan perahu sejauh 2 kilometer untuk sampai ke titik api.
Belum lagi ketika sampai di lokasi, mereka harus langsung tancap gas untuk berjibaku memadamkan api dengan kondisi yang lelah.
"Jadi memang kendala di lapangan, bahwa kejadian karhutla sangat jauh sekali dari pemukiman dan jalan raya sehingga petugas harus berjalan kaki beberapa kilo menuju lokasi titik api," terang Emi Abriyani.
Untuk itu, Emi mengimbau kepada masyarakat untuk menahan diri dalam melakukan kegiatan yang berpontensi menyebabkan karhutla seperti pembukaan lahan dengan cara dibakar, membuat putung rokok sembarangan dan lain sebagainya.
Advertisement