Liputan6.com, Yogyakarta - Kuliner pis kopyor mulai sulit ditemui di pasar tradisional, terlebih di perkotaan. Agar pis kopyor tidak punah, Sekretaris KKN UNY Panjatan IV, Kulonprogo Novita Herawati Purnomo mengajarkan pembuatan pis kopyor ini kepada warga dengan menggunakan bahan yang mudah didapatkan yaitu kelapa dan pisang.
“Tujuannya untuk menaikkan angka UMKM di desa ini,” kata Novita, Selasa (30/5/2023).
Penanggung jawab kegiatan Fizar Raga Alam, mengatakan makanan tradisional Pis Kopyor ini dimodifikasi agar terlihat lebih modern.
Advertisement
Baca Juga
“Agar terlihat lebih modern kami menggunakan aluminum foil agar lebih terlihat indah dan menarik,” kata Novita.
Ia mengatakan untuk membuat Pis Kopyor ini membutuhkan 800 ml santan, 100 gram gula pasir, pisang 3 biji, roti tawar 6 pasang, kelapa muda 1 butir, 1 sdt garam dan 1 sdt vanili bubuk. Alat yang diperlukan adalah pengukus, pisau, talenan, piring dan sendok.
"Cara membuatnya pertama kali rebus gula, vanili, garam dan santan. Aduk rata jangan sampai pecah. Potong roti tawar dadu boleh dihilangkan pinggirannya atau tetap dipakai. Pisang dipotong-potong lalu ditata dalam cup bersama roti tawar dan kelapa muda. Tuang santan hingga terendam semua. Beri irisan daun pandan dan kukus selama 15 menit. Pis kopyor siap disajikan," imbuhnya.
Menurut mahasiswa prodi D4 Tata Boga Fakultas Vokasi UNY tersebut, lazimnya pis kopyor dibungkus dalam daun pisang namun dalam pelatihan ini digunakan aluminum foil agar mudah dan praktis.
"Apabila pis kopyor dibungkus daun pisang maka wangi daun pisang dan aroma daun pandan setelah dikukus akan menambah kenikmatan dalam menyantap kudapan ini."
Mahasiswa KKN UNY berharap dengan adanya pelatihan ini maka warga Panjatan IV dapat melestarikannya, bahkan lebih baik apabila dapat menambah pendapatan keluarga denganmenjajakannya.
"Sebab, Pis Kopyor merupakan salah satu kudapan yang memiliki nilai jual tinggi, baik darisegi rasa maupun pemasarannya karena jajanan ini sudah mulai langka."
Salah satu peserta pelatihan, Marinah mengaku senang dengan kegiatan ini karena memperoleh ilmu baru tentang makanan tradisional yang hampir terlupakan.
“Semoga masih ada pelatihan tentang makanantradisional yang nyaris lenyap dari pasar,” ungkapnya.